Luruskan niatmu


Masih dengan perjuangan menyelesaikan Tugas Akhir saya bidang Kimia Lingkungan demi meraih gelar S.Si. Hal lain yang juga membuat saya 'sangat' berpikir saat ini adalah tentang pelurusan niat untuk mengolah dan menetralisir urusan hati. 

Allah menggerakan hati dan semua kejadian dengan sangat indah. Bagaimana Allah menghadirkan kemudahan ditengah kesulitan. Bagaimana Allah menghadirkan senyuman ditengah kegundahan.

Ide tulisan ini muncul saat membaca tulisan di blog seseorang yang sedang melakukan proses syar'i ta'aruf dengan calon pasangannya, based on her story. Mereka mendatangi seorang ustadz untuk meminta nasehat dan arahan seputar pernikahan. Namun, jleb dan pelajaran yang sangat berharga bagi saya juga disini adalah tentang pertanyaan awalan yang dilontarkan Ustadz untuk mereka.

“Nak, jika telah melalui proses yang panjang dan syar’i ini kalian ternyata tidak berjodoh, bagaimana perasaan kalian?”

Saya yang membacanya tidak bisa membayangkan bagaimana proses yang indah yang dijalani dengan syar’i dan Insya Allah mendapat ridho Allah jika harus berujung dengan kenyataan bahwa dia bukan jodoh kita. Bagaimana dengan hati yang ‘mungkin’ sudah membayangkan indahnya pernikahan, indahnya beribadah dengan ‘dia’ sebagai imam yang dapat membimbing kita menuju surga-Nya.  

Eits, nah tuh.! Perlu ditekankan dan digarisbawahi disini. Uraian kekecewaan tadi membuktikan bahwa niat kita sebenarnya menikah belum murni karena Allah Ta’alla, Dear. Jika murni karena Allah ta’alla, perkara siapapun jodoh kita tentu akan timbul ikhlas dan tenteram di hati. Tak perlu takut akan kehilangan orang yang kita sudah ‘beri hati’ (tentunya dengan proses yang syar’i) karena Allah pasti menyiapkan yang paling baik sesuai dengan kapasitas dan kualitas diri kita, di waktu dan tempat yang baik. Maka, kalau sudah begitu kenapa kita harus gundah gulana, galau tak berujung?

Uraian tadi dapat membuka hati lebar-lebar. Open your mind, Dear. Bahwa semua urusan harus didasarkan pada Allah ta’alla. Jika selama ini kita menyukai seseorang, cepat-cepat lihat keatas (berdoa) agar apa-apa yang menelusup ke hati tidak sampai menggeser niatan awal kita hanya untuk Allah ta’alla. 
Kembali mengingat dan memahami kembali untuk apa kita diciptakan di dunia. Iya, untuk beribadah kepada-Nya. Jika sudah seperti itu, tak ada alasan apapun untuk menggantungkan semua perkara kepada selain-Nya. Perkara apapun itu. Jodoh, pekerjaan, dan semuanya. Inilah yang menjadi pondasi kokoh dalam menentukan pilihan. Saya benar-benar belajar dari cerita ini. Saat berada dalam situasi apapun, ingat (lihat keatas), apakah ini murni karena Allah ta’alla? 

Saat orang-orang mengenal kita karena kebaikan yang kita lakukan. Karena pencitraan diri kita yang muncul dari segala perbuatan kita. Cepat-cepat lihat hati, jangan sampai ada sedikit saja riya dan sombong di hati. Bismillah, niat untuk Allah ta’alla. Niat membantu sesama karena Allah ta’alla. Karena didalamnya kita menjadi beribadah untuk-Nya. Perkara apapun. Semuanya demi mengharap ridha-Nya. Aamiin ya Rabb.

Mulai mengecek lagi apa sebenarnya yang menelusup dihati. Mulailah hati dipenuhi rasa untuk selalu mengingat-Nya. Apapun, rasa ini fitrah, namun kita juga (harus) bisa mengendalikannya. Kita kembalikan kepada Allah ta’alla. Semoga Allah senantiasa menjaga hati kita dan mempertemukan kita dengan seseorang yang juga senantiasa menjaga hatinya. Aamiin ya Rabb. :)

Hit me on:
@citraptiwi 

Wajah Pendidikan di "Pinggiran" Ibu Kota Indonesia

“Mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik" (Anies Baswedan)

"Coba kalau sudah besar nanti mau jadi apa adik-adik?"

"Nelayan ka"

"Petani"

"Tukang galon aja deh, Kak"

Jawaban-jawaban itu adalah jawaban murni yang Saya dengar dari dari adik-adik kelas 5 SD saat Saya bersama teman-teman komunitas mengadakan kegiatan bimbingan dan pengajaran sukarela selama 6 bulan di SDI Tambora, sebuah sekolah swasta yang terletak di Tambora, Jakarta Barat. Sebuah sekolah yang terletak di kawasan yang pernah tercatat sebagai kawasan pemukiman terpadat se-Asia Tenggara seperti dilansir harian Republika pada Agustus 2012 lalu. Ada sekitar 43.789 jiwa per kilometer persegi yang menghuni pemukiman ini. Padatnya pemukiman dengan sumber daya yang tidak dibarengi dengan kualitas pendidikan yang mumpuni menyebabkan sudut pandang dan paradigma tentang pendidikan di kawasan ini cukup memprihatinkan.


"Hey, kenapa tidak ada yang mau jadi Dokter, Penyanyi, Pemain sepak bola, Atlet, Artis, Adik-adik?"

"Susah, Ka. Ketinggian, gampangan jadi kuli kaya Bapak angkat-angkat barang dapet duit"


Paradigma yang telah lama tertanam di benak adik-adik disini adalah untuk hidup lebih mudah tanpa harus bersusah payah demi menyambung tali ekonomi keluarga. Hal ini akan terus berlanjut didukung oleh lingkungan dan keadaan sekitar mereka. Sumber daya guru yang hanya mengajar seadanya, kualitas insfrastruktur penunjang pendidikan lainnya yang sangat minim serta mahalnya biaya pendidikan sekolah swasta yang berkualitas juga menyebabkan bosannya adik-adik untuk semangat dan berjuang menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

"Ini bacanya apa, Dik? ujar seorang volunteer ketika membimbing salah satu murid kelas 5 SD untuk membaca ulang tulisan di LKS.


Dengan terbata-bata, adik tersebut mengeja kalimat yang didalam LKS. Sulit dibayangkan bagaimana anak kelas 5 SD masih kesulitan dan terbata-bata untuk mengeja rangkaian kalimat pendek disebuah buku cetak. Kualitas pendidikan memang harus diperhatikan terutama untuk sekolah-sekolah di "pinggiran" ibu kota. Lamanya mereka mencerna suatu pelajaran sehingga dibutuhkan bimbingan lebih namun tidak diiringi dengan sumber daya pengajar berkualitas yang memadai membuat persoalan ini seperti siklus yang tidak bisa dihilangkan jika tidak ada peran tegas dari pemerintah daerah untuk lebih memperhatikan sekolah-sekolah seperti SDI Tambora.

SDI Tambora, Jakarta Barat berdiri sejak 1950 dan belum memiliki perpustakaan umum. Hampir 50 tahun berdiri, mereka hanya mengandalkan LKS sebagai penunjang utama pembelajaran dan guru-guru yang hanya berjumlah hitungan jari dengan gaji kisaran 200-250.000 per bulan. Saya dan teman-teman komunitas sangat menyayangkan hal ini bisa terjadi di kawasan ibu kota. Kawasan yang telah mendapat sentuhan teknologi dan kemajuan jaman. Kawasan yang "dekat" dengan peradaban era modern.




Berkat bantuan teman-teman volunteer dan para donatur, sebuah pojok baca resmi dibuka pada Maret 2012 di SDI Tambora. Terdapat sekitar lebih dari 600 buku baru dan bekas dari para donatur yang terdiri dari buku pelajaran dan bacaan anak yang mengisi rak-rak buku baru untuk adik-adik SDI Tambora.
Hal ini diharapkan dapat membuat adik-adik memiliki minat baca yang tinggi dan lebih bersemangat menuntut ilmu dan mengamalkannya. Pemberian bekal motivasi dan pelan-pelan ajaran moral juga mulai kami terapkan di sela-sela bimbingan pengajaran. Ini merupakan cara kami untuk beraksi dan mendidik calon-calon tunas bangsa dan berkontribusi di lingkungan tanpa harus terus menghujat pemerintah yang dirasa tidak cekatan dalam memberikan bantuan kepada seluruh sekolah-sekolah di kawasan pelosok ibu kota.

Namun, tak bisa dipungkiri peran pemerintah sebagai stakeholder memang sangat berpengarh. Kebijakan menyangkut biaya pendidikan yang dirasa "mencekik" kaum papa hanya bisa diatasi lebih cepat dengan peran serta pemerintah di masing-masing wilayah. Pemberian bantuan dan kesejahteraan guru-guru di sekolah-sekolah swasta terpencil juga patut diperhatikan. Karena, sejatinya kualitas SDM pengajar sangat mempengaruhi kualitas siswa-siswi di suatu sekolah.


Ada Apa dengan Kualitas Pendidikan di "Pinggiran" Ibu Kota? 

Masih seputar sekolah-sekolah di kawasan ibu kota. Saya dan teman-teman komunitas juga mengadakan pengajaran dan bimbingan secara sukarela di dua SD swasta di daerah "pinggiran" ibu kota. SD tersebut adalah MI I’Anatul Falah, Jakarta Selatan dan SD Nurani Insani, Jakarta Pusat.




Kualitas pendidikan di kedua sekolah ini bisa dibilang lebih parah dari SDI Tambora, Jakarta Barat. Dengan luas daerah sekolah dan kelas yang tidak lebih dari 100m2. Sarana infrastuktur penunjang pendidikan siswa-siswi tidak dipunyai oleh kedua sekolah swasta ini. Dengan jumlah murid keseluruhan tidak lebih dari 50 orang dari kelas 1 hingga 6 dan jumlah guru juga bisa dihitung dengan jari.

"Aku kalo Jumat sering gak masuk, Ka. Soalnya bantu Bapak turun ke jalan jualan di kaki lima" ujar salah seorang Adik di SSD Nurani Insani.

Himpitan ekonomi yang mencekik para kepala keluarga memaksa mereka "menggadaikan" kualitas pendidikan anak-anak mereka untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Tidak didukungnya bantuan-bantuan berupa pemberdayaan guru-guru yang berkualitas dan melimpah di daerah-daerah pinggiran ibu kota ini juga menjadi alasan kuat tidak tertarik dan berkembangnya kualitas pendidikan di ibu kota.



Pemerataan Pendidikan "Wajib"

Sejatinya, gaungan pemerintah untuk mewujudkan pemerataan pendidikan bahkan sampai ke pelosok negeri patut dituntut. Pemerataan pendidikan saat ini juga harus dilaksanakan dan direalisasikan untuk sekolah-sekolah di banyak kawasan ibu kota yang memang patut mendapat perhatian. Peningkatan jumlah dan kesejahteraan sumber daya dan tenaga pengajar juga harus menjadi perhatian khusus untuk pemerintah demi tercapainya kualitas pendidikan yang tinggi dan patut dibanggakan. Bantuan biaya pendidikan juga menjadi kendala yang sampai saat ini menjadi kendala terbesar bagi adik-adik kita di kawasan "pinggiran". Mahalnya biaya pendidikan untuk masuk ke sekolah non-negeri menjadikan banyak adik putus sekolah dan sengaja tidak meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi dan memilih membantu keluarga demi menyambung tali ekonomi.

Bantuan dan keringanan biaya pendidikan ini sangat diperlukan tidak hanya di sekolah-sekolah negeri. Pemerataan pendidikan harus benar-benar bisa menjangkau kualitas awal siswa-siswi dari sekolah yang notabenenya memiliki kualitas pendidikan rendah. Mereka akan tersisih dan kesulitan masuk ke sekolah negeri karena harus bersaing dengan siswa-siswi dari kalangan bonafit dan memiliki kualitas pendidikan yang sudah baik. Gagalnya mereka masuk ke sekolah negeri menjadikan kesempatan mereka untuk memperoleh pendidikan gratis gugur seketika. Akhirnya, bekerja dan membantu orang tua menjadi pilihan terakhir yang mereka ambil.

Perhatian pemerintah dan kita sebagai kaum terpelajar merupakan suatu kewajiban untuk ikut berperan andil secara bersama-sama dalam proses pemerataan pendidikan di kawasan "pinggiran" pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.





*Tulisan ini disertakan dalam Lomba Blog Gerakan Indonesia Berkibar 2012 :)


Proposal Hidup: Get an Amazing Life

Yup. Viola November.!
Bismillah. Get the blessing November, Dear.!

Selalu berprasangka baik kepada Allah swt, pemilik semua kejadian dan jiwa raga. Tetap merencanakan yang terbaik. Tetap bersyukur akan semua yang telah saya lewati. Karena saya yakin apa-apa yang saya alami tidak lain adalah karena kehendak-Nya.

Karena saya yakin apa-apa yang terlewat dan hinggap di kehidupan bahkan di hati saya tidak pernah luput dari penglihatan-Nya.

Mer-revisi dan memperbaharui proposal hidup saya di penghujung tahun ini. Ada keyakinan kuat dalam hati dan jiwa bahwa Allah tidak akan menelantarkan hamba-Nya. Masih seputar proposal hidup, saya ingin membeberkan sedikit ulasan mengenai evaluasi diri yang akan berpengaruh pada proposal hidup. Lagi-lagi masih disadur dari buku "Proposal Hidup" om @JamilAzzaini seperti yang saya ceritakan di postingan selanjutnya. Jika berkenan, silahkan dibaca sampai tuntas ya..:)

Rule 1:
Tulis dan jabarkan semua hal seputar Kekuatan dan Kelemahan yang anda miliki.

Saya pribadi saat mengisinya sempat terhenti beberapa saat, kemudian mulai mengambil nafas pelan dan berfikir seperti berkenalan kembali dengan diri sendiri. Yup, tidak perlu lama-lama menganalisis ya. Beruntungnya kita sudah mengevaluasi diri kita sejak awal. Gimana kalo kita lama terdiam saat wawancara kerja ketika ditanya hal sepele seperti itu. Cakaplah dalam mengenal pribadi dan karakter sendiri, Dear..:)
Sebagai contoh dari pribadi:
Kekuatan:
1. Pandai berkomunikasi dan mudah meyakinkan orang.
2. Mudah bergaul dan bersosialisasi.
3. Dapat meng-handle acara/ event.
4. Memiliki kemampuan berkoordinasi dengan orang lain (leadership).
5. dll.

Kelemahan:
1. Tidak berani mengambil resiko.
2. dll.


Rule 2:
Prestasi terbaik apa yang ingin Anda capai? (target tahunan, jangka panjang, apa yang ingin dicapai tahun ini).

Nah, khusus hal ini saya pribadi membaginya kedalam beberapa sub-bagian. Ada prestasi duniawi (finansial, media, organisasi, perusahaan, keluarga, dll) dan spiritual. Bukankah pertanyaan dan kebanggan paling besar adalah saat bisa memperlihatkan apa prestasi akhirat kita yang terus kita capai di dunia, dengan segala fasilitas yang telah Allah berikan. Maka selayaknya, 24 jam sisihkan waktu untuk meniba ilmu agama. :)

Prestasi terbaik diukur dari dalam diri masing-masing. Prestasi terbaik sejatinya adalah prestasi yang dapat menghasilkan manfaat untuk orang banyak. Allah bersama orang-orang yang mengajak kepada kebaikan..

Untuk rule ini saya mencoba me-listnya pada beberapa poin:
Contoh:
1. Memiliki organisasi sosial yang dikenal, yang memberikan "perhatian" lebih bagi anak-anak kurang mampu, berbagi keceriaan dan kebahagiaan bersama mereka secara rutin dan menemukan orang-orang yang komit dan solid didalamnya untuk bekerja bersama-sama secara sosial. (Alhamdulillah, saat ini saya bersama teman-teman mendirikan dan berjuang bersama-sama di bersama YAFI (Youth's Act for Indonesia) sejak November 2011. (semoga istiqamah, Aamiin.).

2. Menerbitakan buku "Best seller" yang isinya dapat menjadi inspirasi dan semangat. (dapat menjadi ladang pahala..) (Insya Allah, April 2013). Dan terus aktif menerbitkan buku-buku "best seller". Aamiin.

2. Menjadi hafidz (penghafal Qur'an) minimal Juz Amma dan memperbaiki bacaan Qur'an. (sedang dan akan).

3. dll

Hal diatas adalah salah satu contoh. Selebihnya dan lebih lengkap ditulis di buku "proposal hidup" masing-masing. Dan saya yakin, teman-teman pasti memiliki impian dan prestasi yang lebih luar biasa. Mungkin sebagian belum dituliskan. Nah, kalau tidak dituliskan takutnya hanya seperti angin lalu, cepat diingat mudah sekali menguap. Yuk, tuliskan mimpi-mimpi kita. Biar Allah yang akan mewujudkannya dengan cara yang sangat istimewa. Aamiin ya Rab..:)

Rule 3:
Tentukan keahlian apa yang ingin anda kuasai?

Hmm, untuk rule yang satu ini saya pribadi sempat terdiam. Tapi, itu tidak lama, melihat passion saya dan juga passion masing-masing. Pasti tahu hal apa yang benar-benar ingin dikuasai. Apakah itu menjadi seorang public speaker, trainer, dll. Apapun, lihat lagi apa passion anda. Lagi-lagi passion ya..:) Saat Anda tahu passion anda, anda akan tahu ingin jadi apa anda nanti dan tentunya keahlian apa yang ingin Anda benar-benar kuasai. Eits, keahlian ini sejatinya yang akan mendukung tercapainya semua impian Anda. Maka yang bisa menjawab tentu diri Anda sendiri.:) Semangat.!

Rule 4:
Terakhir, iya ini terakhir tapi tidak paling akhir..:p

1. Tuliskan sikap dan perilaku yang akan Anda buang?
2. Tuliskan sikap dan perilaku yang akan Anda kurangi?
3. Tuliskan sikap dan perilaku yang akan Anda tingkatkan?
4. Tuliskan sikap dan perlaku positif baru yang akan Anda lakukan?

Yeap.! Last but not least, Saya masih perlu banyak sekali bimbingan dari orang-orang di sekitar saya. Orang-orang yang selalu menginspirasi saya. Dari orang-orang yang saya kasihi. Keluarga, sahabat, kolega, dll. Semuanya bahkan dari seorang anak kecilpun kita belajar arti sikap jujur dan terbuka..:D

Ayo.! kita sama-sama belajar dan berjuang membuat orang-orang yang menyayangi kita tersenyum bangga, Dear.!

Tak lupa, selalu jadikan Tuhan untuk mengisi hati kita secara full. Jadikan Dia nomor satu diantara siapapun.

Barangsiapa yang mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu lengan, dan barang siapa mendekat kepada-Ku satu lengan maka Aku akan mendekat kepadanya dua lengan, dan jika ia menghapd kepada-Ku dengan berjalan maka Aku menemuinya dengan berlari”. (Hadits diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim).

Hit me on:
@citraptiwi

Sudah Punya Proposal Hidup, kan?

Viola.! It's November, Dear..!
H-1 bulan sebelum kita meninggalkan tahun 2012. Sudah mengecek resolusi tahunan masing-masing belum? sudah merevisinya belum? :)

Hidup akan lebih berwarna saat kita punya tujuan? Iya apa iya? :)

Tujuan diartikan sebagai sebuah visi dan misi dari seseorang akan jalan mana yang ingin dia tuju nanti. Akhir apa yang dia inginkan dikehidupannya kelak. Maka, seperti survey yang menyebutkan bahwa inilah yang membedakan orang yang memiliki proposal (tujuan) hidup dengan orang yang hidup dengan slogan "jalani aja seperti air mengalir".

Nah.! Mengutip dari "Proposal Hidup" kek @JamilAzzaini, seorang Inspirator Sukses Mulia bahwa proposal hidup ini wajib. Kenapa? Gak mau kan kalo hidup kita seperti orang yang tak tahu arah jalan pulangg.. (eh, kok malah jadi nyanyi).

Saya pun seperti itu. Kadang ide yang sempat terbersit dalam pikiran, saya ingin ini, saya ingin itu, saya ingin menjadi ini dan itu, blaa.blaa..blaa.. hanya di pikiran saja, tidak ditulis, tidak speifik. Jelas kalau Ia sering menguap. Kenapa? Lagi-lagi karena pikiran manusia itu terbatas. Dia bisa hilang dengan sekejap digantikan dengan ribuan ide lagi yang muncul setiap harinya. Maka, penting untuk menuliskan keinginan (mimpi) kita.!

Yup, jadi ingat daftar dream mapping yang saya buat setiap tahunnya. Juga yang tidak saya tulis, yang selalu saya ingat dan ingat dan terus ingat dipikiran. Dan, Subhanallah, Allah selalu memiliki cara untuk mewujudkan setiap mimpi kita. Sebagian besar mimpi-mimpi dan keinginan saya pelan-pelan terwujud.

"Aku akan bersama (mengikut) sangkaan hamba-hambaKu. Maka hendaklah kamu bersangka dengan apa yang kamu inginkan" (Hadis Qudsi Riwayat At-Thabrani)
Keyakinan kita terhadap Allah tergantung bagaimana kita meyakininya. Maka, saat kita putus asa dan merasa jatuh karena keinginan kita tidak tercapai atau meleset. Eits, nih baca lagi:

"...boleh jadi kamu membenci sesuatu sedangkan ia baik untukmu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu sedangkan ia buruk untukmu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak tahu." (Surah al-Baqarah, ayat 216)


Sudah sangat jelas fimanNya menyebutkan, Dear. Allah tidak mungkin menelantarkan hamba-Nya. Maka, contekan ya saat saya benar-benar galau. Entah itu galau karena urusan skripsi yang sempat membuat saya stress, masalah kuliah, apalagi jika sudah mengalami masalah yang menyangkut urusan hati dan perasaan. Maka, saya langsung mencoba rileks. Mengganti "kacamata" saya dan lebih gencar bermunajat kepada-Nya. Karena? Karena tidak ada yang dapat mengobati hati selain Pemilik hati itu sendiri. Dialah Allah swt. Betapa Allah sangat memperhatikan kita hingga dibuatlah kita untuk lebih mendekat kepada-Nya.

Allah lah pemilik hati dan jiwa raga kita, Dear. Maka saat kita menuliskan semua daftar impian kita. Jangan ada keraguan sedikitpun untuk kita enggan menuliskannya karena dianggap tidak realistis. Jangan.! Kalau seperti itu, berarti kamu membiarkan ketidakyakinan akan kuasa-Nya mengalahkan semua keyakinan akan kekuasaan-Nya.

Tulis saja dan serahkan pada Allah swt. Perjuangkan supaya kita layak mencapai semua daftar impian kita itu. Maka, Saya mulai membuka kembali daftar impian saya yang (sempat) saya tulis di bulan Januari 2012. Alhamdulillah, betapa saya sangat tercengan. Sebagian yang saya inginkan tercapai dan terealisasi. Dan masih ada banyak mimpi saya lagi yang masih harus saya perjuangkan sampai target waktu yang saya tuliskan.!

Kuncinya, Yakin.! Iya, kalau yakin saja tidak punya berarti kamu meragukan kemampuanmu, kemampuan Tuhan yang Maha Besar. Kemampuan semua keadaan yang mendukungmu mencapai keberhasilan. Sungguh sayang, Dear...

Saya mulai mengedit dan merevisi dan memperbaharui proposal hidup saya. Dan memang harus diperbaharui. Menginjak semester akhir di bangku kuliah dengan usia 21 tahun memang saya harus lebih spesifik dalam menulis semua secara detail tentang daftar impian saya. Allah yang berkehendak. Allah yang mengabulkan. Semoga Engkau melihat setiap jerih payah dan kesungguhan kami dalam proses merealisasikan setiap impian kami, ya Allah.

Oh ya. Tidak lupa, mengutip dari "Proposal Hidup" Kek Jamil daftar impian jangan hanya sekedar ingin dan lebih banyak ke dunia saja. Hidup ini kan hanya panggung sandiwara. Tempat sebenarnya kita adalah di Akhirat. Khusus untuk ini saya pribadi ingin sekali menjadi seorang hafidzah (penghafal Qur'an). Aamiin ya Allah (bantu dan istiqamah-kan kami). Memperbaiki bacaan Qur'an yang masih butuh polesan sana sini. Dhuha tiap hari, Puasa senin kamis rutin. Tahajud minimal seminggu 3x, dll. (Ya Allah, tetapkanlah selalu hidayahMu di hati kami dan berikan kami ke-istiqamahan).

Lebih spesifik saya tuliskan di sebuah buku file yang saya beri judul "Blessing Dream Book". Iya, apapun judul bukunya, isinya seputar semua daftar keinginan saya. Allah-lah yang paling tahu bahkan daripada saya sendiri si pembuat daftar itu. Maka, cukuplah dengan keyakinan dan berserah diri secara total. Sebutkan dia selalu ditiap sujudmu. Biarlah Allah mewujudkan semuanya dengan cara-Nya yang istimewa. Terlalu istimewa hingga membuat saya tak berhenti untuk bertasbih kepada-Nya.

Karena lagi-lagi mengutip buku "Proposal Hidup" Kek Jamil:
Saat kamu meninggal kemudian Tuhan bertanya: "Prestasi apa yang sudah kamu toreh di dunia dengan semua fasilitas yang Aku berikan?"

Prestasi ini sudah tentu dari segi spirtual dan terlepas dari itu tentang kebermanfaatannya untuk orang banyak. Seberapa bermanfaatkah dirinya untuk sekitarnya di dunia?

Hmm, rasanya tidak sabar untuk terus memperbaharui proposal hidup. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu diberikan keteguhan hati oleh Tuhan YME. Aamiin. :)


Hit me on:
@citraptiwi



SDI Tambora: Potret Kehidupan Pendidikan di Pinggiran Jakarta


Hello hello mengenang lagi gimana kegiatan saya bersama teman-teman YAFI (Youth's Act for Indonesia) selama sekitar 4 bulan di sebuah SD swasta di Tambora, Jakarta Barat. Saya ingin berbagi sedikit cerita tentang profil sekolah ini.



Potret kehidupan banyak adik-adik kita nyatanya tidak hanya ditemukan di pelosok negeri Indonesia seperti di Papua, NTB, dll. Potret mereka juga bisa kita temukan di pinggiran kota Jakarta seperti di Tambora. Masih ada potret adik-adik YAFI di SD kawasan Pancoran dan Petamburan. Tulisan selanjutnya tentu akan saya ceritakan bagaimana ada cinta dan keceriaan di tiga SD yang YAFI temani selama ini. Mulai dari bagaimana mencari SD-SD di kawasan Jakarta yang memang butuh "sentuhan". Hingga akhirnya Tuhan mempertemukan kami dengan tiga SD tersebut.



Kali ini saya ingin menceritakan tentang profil SDI Tambora, Jakarta Barat. Semoga tidak bosan membaca tulisan saya ya.:D

Yup, apapun itu. Komentar selalu ada. Konsistensi untuk tetap berdedikasi untuk negeri dari lingkungan yang sangat sederhana membuat kepuasan batin tersendiri bagi saya, kami, teman-teman YAFI yang lain.
Berdiri sejak 1950, SDI Tambora belum memiliki perpustakaan, sebuah ruangan yang sangat penting bagi setiap sekolah, karena didalamnya terdapat banyak sekali pengetahuan untuk menambah kazanah keilmuan. Bukankah buku adalah jendela dunia?

Sampai akhirnya anak-anak muda yang tergabung dalam komunitas YAFI "menyentuh" SDI Tambora. Kami tergerak untuk membuatkan pojok baca untuk adik-adik SDI Tambora. Sejak Desember 2011 YAFI bersama para volunteer mengadakan pengajaran secara sukarela kepada adik-adik SDI Tambora dan berkat bantuan donatur dan volunteer berhasil mengumpulkan lebih dari 500 buku hingga SDI Tambora resmi memiliki pojok baca pada Maret 2012. 


Dengan jumlah murid keseluruhan berjumlah 88 orang dari kelas 1 hingga kelas 6, setiap kelas hanya dihuni sekitar 20-25 orang murid. Rata-rata pekerjaan orang tua murid adalah sebagai buruh pasar, tukang bajaj, bahkan ada yang berprofesi sebagai pemulung. Ada juga salah satu adik yang membantu pekerjaan Ibunya sebagai pembantu rumah tangga. 

Biaya SPP siswa perbulan sebesar Rp25.000,- per bulan dengan gaji guru rata-rata kurang dari 200 ribu per bulan. SDI Tambora pernah menerima bantuan renovasi dari perusahaan swasta dan dana bos yang digunakan untuk membayar SPP. 

Fasilitas yang terdapat di SDI Tambora cukup minim. Mereka tidak memiliki alat-alat peraga untuk menunjang jalannya pembelajaran seperti Globe, Patung anatomi, peta, dan alat peraga lainnya. Pembelajaran adik-adiknya hanya berdasarkan LKS dan tidak menggunakan Buku Pelajaran karena memang sekolah hanya menyediakan LKS sebagai bahan pembelajaran. 

Sepulang dari sekolah, banyak adik-adik yang bekerja untuk membantu orang tuanya. Seperti yang dilakukan Chintya, adik SDI Tambora kelas 5 SD ini harus membantu Ibunya yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga sepulang dari sekolah. Kegiatan ini kerap dan sering Chintya lakukan sejak lama. Kehidupannya yang memang mengharuskan Chintya melakukan pekerjaan itu. Usia yang masih sangat muda kelas 5 SD tidak membuat dirinya manja dan tidak membantu pekerjaan Ibunya tersebut. 

Ada lagi Mimin, siswa yang saat ini duduk di kelas 6 SD ini orang tuanya bekerja sebagai pemulung. Ia sering berjalan bersama ayahnya untuk berkeliling pinggiran kota untuk mencari barang-barang yang memang masih layak pakai untuk kemudian ditukar lagi dengan sejumlah uang ke pengepul barang-barang bekas.




More contact:
Follow @YAFIndo

Hit me on:

Kalahkah Peng-Kurbanan Kita dengan Pemulung?

Dear Readers..

Tulisan ini tidak tahan untuk saya buat karena kekaguman pada pasangan pemulung yang luar biasa. Pemulung? Saya kagum, terharu dan tertampar karena ibadah yang berhasil mereka tunaikan.

Iya, pemulung. Memangnya kenapa dengan pemulung? Apa istimewanya mereka?

Masih dalam suasana Idul Adha yang jatuh pada 10 Dzulhijjah, seluruh umat muslim di dunia menikmati indahnya bertemu dengan Hari Raya ini. Kemudian, kabar datang dari pasangan pemulung Yati (55) dan Maman (35) yang memberikan kurban berupa dua ekor kambing yang diberikan ke panitia kurban di Masjid Al-Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan.

                    sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/pemulung-di-tebet-nabung-tiga-tahun-untuk-kurban.html

Seperti dilansir berbagai media yang memberitakan kabar ini, salah satunya dari Merdeka.com menyebutkan bahwa mereka mengaku menabung tiga tahun untuk membeli dua ekor kambing kurban. Walau susah payah, mereka ingin memberikan kurban, bukan terus mengantre diberi daging kurban. Mereka memberikan dua ekor kambing, yang besar dengan harga Rp 2 juta, yang kecil Rp 1 juta, ujar Yati seperti dilansir di Merdeka.com.

Ucapan yang membuat saya terharu adalah kutipan Yati dalam media fimadani.com.
“Saya ingin sekali saja, seumur hidup memberikan daging kurban. Ada kepuasaan, rasanya tebal sekali di dada. Harapan saya semoga ini bukan yang terakhir".

Seperti informasi di berbagai media, Yati bersama suaminya Maman sehari-hari tinggal di gubuk triplek kecil di tempat sampah Tebet. Tak ada barang berharga di pondok 3x4 meter itu.

Menerima dua ekor kambing dari pasangan pemulung ini, para jemaah dan panitia Masjid Al-Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan terharu dan meneteskan air mata seperti dikutip di berbagai media. Tak heran, saya pun yang membacanya sangat terharu. Bagaimana seorang seperti pasangan Yati dan Maman ini benar-benar memiliki hati tulus untuk berbagi dengan melaksanakan perintah-Nya yang hanya diwajibkan bagi kaum berada. Bagi mereka tentu miskin dan kemelaratan yang selama ini mereka derita tidak menghalangi sedikitpun keinginan mereka untuk berkurban.

Saya merasa tertampar membaca berbagai media yang memberitakan mereka. Sudah sangat dapat dilihat, bahwa tidak ada alasan untuk berbagi. Tidak ada kata mustahil untuk mencapai pahala mengharap Ridho-Nya.

Lalu, pantaskah kita mengeluh dengan terus menggunakan otak kiri saya untuk menalar dan perhitungan lagi tentang konsep berbagi dan memberi? Sudah saatnya memang kita sadar. Semua yang kita miliki adalah milik-Nya. Sejatinya kita tidak memiliki apa-apa. Sudah cukup rasanya kita memperhitung-hitungkan berapa yang harus kita keluarkan seminimal mungkin untuk berbagi.

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS.Al-Baqarah: 261)

Tidak ada kata mustahil rasanya bagi saya, kita dan semua orang yang lebih beruntung dari pasangan Ibu Yati dan suami yang sehari-hari bekerja sebagai pemulung namun bisa memberikan dua ekor kambing kualitas super. Semua tidak akan terjadi tanpa kehendak Allah. Dan tidak akan muncul karena adanya niat. Iya, niat. Maka, saya pun berniat. Untuk sebuah komitmen dalam diri. Untuk sebuah konsistensi dalam mengarungi kehidupan. Berbagi menjadi garis mati.




Hit me on:
@citraptiwi


I'm Locavore! Selamat Hari Pangan Sedunia



Yup.! Tepat pada Selasa (16/10), LSM Aliansi Desa Sejahtera bersama dengan para volunteer Indonesia Berseru memperingati Hari Pangan Sedunia yang jatuh pada tanggal yang sama. Acara yang diadakan ADS rutin setiap tahun ini memang selalu menghadirkan dan mempersembahkan kejutan-kejutan untuk membuat masyarakat "membuka mata" akan pentingnya keberpihakan pada pangan lokal.


Dua tahun berturut-turut ikut berpartisipasi memperingati dan meramaikan Hari Pangan Sedunia bersama ADS, tahun ini dengan sedih hati saya tidak bisa ikut meramaikan HPS dan berbagi semangat di lokasi acara karena bertepatan dengan hari weekdays dan saya yang masih terpatok pada urusan skripsi Tugas Akhir.

Namun, tentu saja semangat untuk terus menggaungkan pentingnya keberpihakan pada produsen kecil tidak luntur begitu saja. Kemeriahan acara tetap bisa dirasakan karena semangat teman-teman volunteer lainnya yang meramaikan acara. Berlokasi di Bundaran HI, dimulai sejak pagi dan berakhir hingga matahari terik hampir sore, para volunteer tetap bersemangat menggaungkan dan menyuarakan pentingnya menjadi Locavore. Yeah.! Pentingnya kita peduli terhadap Pangan Lokal.!

                                 


 Mas Tejo (Koordiator Aliansi Desa Sejahtera) saat diwawancarai media seputar HPS


Foto Dok. ROL

Hit me on:


Aliansi Desa Sejahtera di Social Media Festival 2012

Hello dear.! Welcome back...

Liputan kali ini datang dari satu kegiatan heboh di Jakarta yang melibatkan lebih dari 100 komunitas penggiat media sosial. Yup.! Social Media Festival 2012 yang tahun ini diadakan outdoor di Gelanggang Renang, Senayan sejak Jumat 12 Oktober hingga Minggu 14 Oktober 2012.

Acara yang berlangsung sejak pagi ini berakhir seharian full hingga malam pukul 21.00 wib. Total pengunjung terus membanjiri area SocMedFest dan semakin ramai menjelang malam. Ada sekitar 100 komunitas yang ikut meramaikan Social Media Festival kali ini. Para penggiat social media itu tidak hanya membukan booth, mereka juga mengadakan talkshow atau pertunjukan di main stage atau mini stage. Semua kebagian untuk ambil peran dan posisi supaya lebih dikenal masyarakat.

Panas, terik.! Tempatnya yang berada di outdoor dan saya bersama teman-teman berkunjung saat matahari sedang terik-teriknya guys. Fuihh. Tapi, totally Awesome, Seru.!




Dan ada Nicholas Saputra.! One of my favorite actor. Cihuy.! Kegalauan terjadi saat tahu bahwa saya telat registrasi 100 peserta beruntung yang akan diwawancarai oleh Nicholas Saputra dan berkesempatan journey dengan komunitas "Buka Mata" dan Nicholas. Wow.! Oke saya melewatkan kesempatan ini. Hehee..

Yup.! Tak lupa juga memang tujuan awal ke SocMedFest ini adalah untuk mampir ke salah satu booth milik LSM Aliansi Desa Sejahtera bersama dengan Respect Magazine. Kurang lebih sejak tahun 2010 saya mengikuti dan bergabung dengan LSM ini sebagai volunteer. Menambah pengetahuan dan kepekaan terhadap produk-produk pangan lokal dan produsennya (petani, nelayan). Banyak suka dan duka, menyelam dan mempelajari langsung tentang pentingnya kita mengkonsumsi pangan lokal dan dampaknya tentang ketahanan pangan suatu bangsa. Jika ditelusuri lebih jauh, urusan pangan memang sangat krusial, namun banyak pemuda yang belum mengetahui seluk beluknya terlalu dalam. Maka ADS bersama aliansi NGO lainnya yang juga memiliki satu visi untuk memperkenalkan kepekaan sosial terhadap pangan lokal kepada para anak-anak muda.

Lebih banyak peduli. Lebih banyak berbagi. Watch and Share it.!
     Mbak Ida (Staff Koordinator ADS) yang sedang diwawancarai media di depan booth ADS

Kenapa anak-anak Muda?
Tentu, karena anak-anak muda adalah motor penggerak perubahan sosial. Kemajuan teknologi dan potensi kecerdasan para pemuda diharapkan dapat menjadi "suara" bagi para produsen kecil (petani dan nelayan) yang tidak bisa "bersuara" dan memang butuh perhatian dari bangsa. Tidak tergerus karena keegoisan bangsa.

Contoh simpel apa yang bisa kita lakukan?
Kalo kalian hobi nulis, aktif di media, minimal nge-twitt deh. Coba deh kita "bicara" kenyataan "pahit" para petani dan produsen kecil. Satu yang bersuara itu tidak ada apa-apanya, tapi bayangkan saat semua anak muda menyuarakan tentang "suara" mereka yang selama ini "diam". Bayangin kalo sampe bisa jadi trending topic? Trus semua media akhirnya mau gak mau memberitakan petingnya urusan pangan lokal di Indonesia karena hebohnya "gembar-gembor" suara pemuda yang membela para produsen kecil. Gimana gak keren? :)





Eits, para pemuda tentunya gak cuma bisa gembar-gembor doang dong. Lebih dari itu atas semua potensi yang kita miliki, kita bisa melakukan hal yang lebih besar bersama-sama dengan komunitas lingkungan kita. Kalau udah sadar akan pentingnya membela pangan lokal di Indonesia, mulai terus pengaruhi teman-teman pemuda lainnya buat ikut juga cinta produk pangan lokal.

I'm Locavore.!


More about ADS klik Desa Sejahtera
and about Magazine @respectmagz

Hit me on:
@citraptiwi


Cerita Buku: Bumi Cinta

Dear Lovely Readers...

Kali ini buku yang akan saya coba ceritakan adalah buku yang baru saja selesai saya baca. Setebal 546 halaman yang saya baca selesai dalam waktu satu minggu. Salah satu novel karya penulis yang meraih Penghargaan Sastra Nusantara Tingkat Asia Tenggara, Habiburrahman El Shirazy. Buku berjudul Bumi Cinta ini adalah buku terbitan 2010 yang diterbitkan penerbit Basmala.

Seperti buku-buku karya Kang Abik lainnya, Saya selalu terbawa emosi dari setiap segmen dan seperti menyelam lebih jauh ke dalam cerita di dalam novel. Terbawa dalam keharuan dari masing-masing karakter yang diceritakan secara kuat oleh Kang Abik. Ini juga yang Saya alami saat membaca novel beliau untuk pertama kalinya saat saya masih duduk di bangku kelas 2 SMA sekitar tahun 2007. Novel Ayat-ayat Cinta. Novel yang saat itu benar-benar menguras emosi saya. Saya menangis di akhir cerita buku Ayat-Ayat Cinta saat Maria mengucapkan kalimat Syahadat di akhir hayatnya. Seperti kebanyakan orang yang terharu, air mata jatuh begitu saja di pipi seiring dengan menutup bagian ending buku Ayat-ayat Cinta. Terkejut, papa juga ternyata membaca novel Ayat-ayat Cinta saat sedang tidak Saya baca. Saya memang tidak menyangka, karena novel percintaan apapun jenisnya bukan sama sekali genre bacaan papa. Tapi, saat itu, papa membaca Ayat-ayat Cinta. Papa menghabiskan membacanya hanya dalam waktu dua hari. Memang tidak salah jika Ayat-ayat Cinta diangkat ke layar lebar.

Back to the topic, ke judul novel Kang Abik yang berjudul "Bumi Cinta". Prolog yang dijelaskan di awal oleh Kang Abik membuat Saya rasanya tidak ada alasan untuk tidak membacanya. Novel-novelnya selalu terinspirasi saat selesai mentadabburi firman-firman Allah SWT dalam kitab suci-Nya. Seperti Ayat-ayat Cinta yang terinspirasi dari QS.Az Zukhruf [43]: 67. Kemudian, Ketika Cinta Bertasbih yang juga diangkat ke layar lebar terinspirasi setelah mentadabburi QS.At-Taubah [9]: 105. Novel Bumi Cinta ini lahir setelah Kang Abik mentadabburi QS.Al-Anfal [8]: 45-47. Bahwa setiap orang beriman sedang menghadapi ujian (musuh-musuh iman) yang mahaberat. Dan merupakan kemenangan orang-orang yang beriman, manakala menghadapi musuh yang berat. Musuh itu bisa berupa, hawa nafsu yang ingin bebas, godaan perempuan-perempuan cantik, lingkungan yang tidak mendukung dan seterusnya. Begitulah penuturan Kang Abik di bagian Prolog.

Cerita dengan setting Kota Moskwa, Rusia ini menjadi lingkungan ujian iman bagi Ayyas, mahasiswa Indonesia yang sedang melakukan visiting fellow ke MGU, sebuah Universitas di Rusia. Kepentingannya untuk melakukan riset dan study tentang Sejarah Islam di Rusia Modern membuatnya harus melewati banyak cerita dan ujian di Kota Moskwa ini. Terpaksa tinggal satu apartemen dengan dua orang wanita cantik bernama Yelena yang tidak mempercayai Tuhan dan Linor yang beragama Yahudi. Ujian iman Ayyas tidak hanya menghadapi dua orang wanita cantik di apartemennya, tapi juga dengan dosen pengganti yang membimbingnya selama di MGU bernama Doktor Annastasia. Wanita berparas cantik yang cerdas, siapapun laki-laki pasti kagum dengan wanita pintar yang satu ini.

Membaca novel ini, pengetahuan saya makin bertambah, banyak informasi-informasi yang masuk dalam pikiran saya. Bertambah tentang bagaimana zaman komunis pada masa Lenin yang kejam, tentang banyak ilmuwan barat yang memeluk Islam justru saat semakin mengetahui kecanggihan ilmu pengetahuan, tentang macam-macam atheis yang langsung dibantah jelas-jelas secara gamblang oleh Ayyas yang diceritakan saat menjadi pembicara tamu cendekiawan muslim pada seminar Ketuhanan di MGU.

Lebih dari itu, banyak yang saya dapatkan dari membaca novel ini. Lebih dari sekedar liku-liku dan konflik yang dihadapi Ayyas. Saya menemukan bahwa betapa beruntungnya saya berada di lingkungan seperti saya sekarang ini. Dengan leluasa beribadah kepada-Nya. Negara dengan penduduk islam terbesar di dunia. Kebebasan dan toleransi beragama yang dijunjung tinggi di lingkungan sekitar. Tidak ada larangan beribadah seperti yang saya coba bayangkan saat jika berada pada zaman komunis zaman Lenin di Rusia. Atau saat sekarang ini di Palestina dan jalur Gaza, saudara-saudara kita sesama muslim harus berhati-hati untuk beribadah di Tanah mereka sendiri karena peperangan yang tak kunjung usai dengan israel. Ya Allah, saya menangis dan ngeri saat membaca bagian dimana Madame Ekaterina, mama tiri Linor yang menceritakan kejadian bagaimana mama kandung Linor, seorang dokter wanita muslim berhati malaikat tewas secara mengenaskan di tangan para tentara intelejen Israel.

Ya Allah lindungilah saudara kami sesama muslim di Palestina, Libanon, Syiria dan semua negara Muslim. Berikanlah kemerdekaan dalam beribadah kepada-Mu, ya Allah. Aamiin.

Cerita dan penalaran konflik yang indah, seperti novel-novel kang Abik. Ingin rasanya bertemu dengan beliau kemudian berguru langsung dan praktek menulis, mempelajari bagaimana beliau bisa mengembangkan ide dan konflik dengan begitu runtut.

Karena sejatinya, tulisan kita bisa menjadi media dakwah. Maka, tulislah yang baik agar kamu mendapatkan yang baik. Semoga Allah selalu membimbing kita menuju jalan-Nya, selalu memberikan hidayah-Nya kepada kita. Mengumpulkan kita hamba-Nya dalam golongan orang-orang yang saling mencintai karena-Nya di akhir dunia nanti. Aamiin Allahumma Aamiin.