Sudahkah Anda sedekah hari ini?


Dear my lovely readers, Yup, kali ini sedikit cerita tentang betapa mungkin saya malu jika tidak segera konsisten setiap hari bahkan setiap waktu dalam satu hari untuk bersedekah setelah mendengar cerita ini.
Cerita yang saya dengar dari salah seorang sahabat saya, David. Cerita tentang seorang tukang bakso yang cukup membuat saya kagum. Kagum karena kedermawanan dan kekayaan hatinya dibalik kesederhanaan hidupnya sebagai seorang tukang bakso. Awalnya saya kira cerita tukang bakso ini mungkin sekedar cerita seorang dermawan lainnya seperti yang kerap saya dengar. Dan menjadi spesial hikmah yang didapat saat saya terus melanjutkan untuk mengamati cerita tukang bakso ini. 

Emang, begitu biasa beliau dipanggil oleh para pelanggannya. Berangkat pagi pulang senja bahkan kerap melewati malam untuk menjajakan jualan baksonya. Pulang dengan disambut istri dan anak-anaknya yang selalu memperlihatkan senyum dan kebahagiaan. Menunggu sang kepala keluarga pulang kerumah dan melihat hasil dagangannya habis terjual cukup membuat keluarga kecil tersebut tak henti-hentinya bersyukur kepada Sang Maha Pemberi.


 Sepulang beraktivitas, sahabat saya yang memang sudah menjadi langganan Emang tukang bakso ini memanggilnya untuk memesan bakso. David memesan beberapa bakso juga untuk adik-adik asuhnya yang sedang bermain dirumahnya. Usai membayar, David melihat Emang memasukan semua uangnya ke dalam tiga tempat yang berbeda. Uang hasil jualannya tersebut Ia masukan ke dalam laci, dompet, dan terakhir Ia masukan ke dalam kaleng bekas biskuit yang telah kosong. 

Pertanyaan kemudian terus berputar di kepala David. Rasa penasaran hinggap dipikirannya. Uang kembalian diterima David sambil mengucapkan terima kasih, Emang kembali merapikan uang di dalam laci, dompet dan kaleng biskuitnya. 

“Oh ia, Mang, maaf nih, kalau boleh tahu kenapa uang-uang itu Emang pisahkan ya? Ada tujuannya kah Mang?”
“Oh, Ia mas, uang-uang ini memang sudah saya pisahkan selama saya menjadi tukang bakso, Mas”
“Oh, barangkali ada maksud dan tujuannya Mang kenapa dipisahkan sampai tiga begitu” tanya David makin penasaran.
“Wah, tujuannya sederhana saja Mas, Emang cuma ingin memisahkan mana yang memang menjadi hak Emang, hak orang lain dan mana yang menjadi hak cita-cita penyempurna iman” Jawab Emang dengan lancar.
“Oh, maksudnya gimana tuh Mang?”
“Ia Mas, kan agama dan Tuhan menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan sesama. Maka Emang membaginya menjadi tiga. Petama, uang yang masuk ke dompet artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari – hari Emang dan keluarga. Uang yang masuk ke laci untuk infaq/sedekah dan ibadah Qurban. Uang yg masuk ke kaleng itu Emang sisihkan karena ingin mnyempurnakan agama yang Emang pegang yaitu Islam”
“Subhanallah, sudah berapa lama Emang rutin memisahkan uang-uang penghasilan Emang ini?
“Sudah hampir 17 tahun Mas, dan Alhamdulillah selama 17 tahun menjadi tukang bakso, Emang selalu ikut Qurban seekor kambing meskipun kambingnya hanya ukuran sedang”

David dan saya yang menjadi pengamat ceritanya pagi itu semakin kagum dengan sosok lelaki yang berprofesi sebagai tukang bakso ini. David semakin penasaran dan melanjutkan ceritanya. Ia ingin menggali pelajaran berharga dari tukang bakso langganannya tersebut.

 “Subhanallah, Mang saya salut sama Emang, tapi untuk uang yang dimasukkan dalam kaleng untuk biaya haji tersebut, bukankah ibadah haji hanya diwajibkan bagi yang mampu, termasuk memiliki kemampuan dalam biaya?”
“Itulah sebabnya Mas. Emang justru malu kalau bicara soal mampu atau tidak mampu ini karena definisi mampu bukan hak pak RT/RW, bukan hak pak camat ataupun MUI. Definisi “mampu” adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untuk mendefinisikannya sendiri. Kalau kita mendefinisikan diri sendiri sebagai orang tidak mampu maka mungkin slamanya kita akan menjadi manusia tidak mampu” Jelas Emang.

Kekaguman David pada sosok lelaki didepannya ini semakin bertambah, Ia benar-benar mendapat pelajaran berharga tentang keikhlasan, perjuangan dan keyakinan. 

“Emang tahu melaksanakan Ibadah haji ini tentu membutuhkan biaya yang besar. Maka Emang berdiskusi dengan istri untuk menyisihkan sebagian penghasilan ini untuk tabungan haji, Istri menyutujui niat baik ini, dan Alhamdulillah setelah 17 tahun Emang menabung dan menyisihkan tabungan haji ini, sekitar 2 tahun lagi Emang dan istri akan melaksanakan ibadah haji, Insya Allah atas ijin Allah”

Subhanallah, jawaban yang sangat membuat saya dan sahabat saya David benar-benar tersentuh hatinya. Jawaban yang sarat akan keyakinan, perjuangan dan keikhlasan dari seorang tukang bakso sederhana. 

Kalau seorang tukang bakso saja bisa sebegitu dermawannya, bisa sebegitu patuhnya akan perintah Allah swt untuk bersedekah dan berjuang melaksanakan rukun iman yang hanya diwajibkan oleh kaum mampu saja, kenapa kadang kita masih enggan berbagi dan meyisihkan sebagian penghasilan kita? 

Saya pun harus banyak belajar dari orang-orang seperti beliau, semua profesi yang hinggap di depan saya, siapapun dia, apa profesinya, jika kehalalan yang menjadi tujuan utama pekerjaannya, Insya Allah Ridho Allah akan selalu menyertai setiap peluh tetes mereka. 

Jadi, sudahkah Anda (saya) sedekah hari ini?



Wisuda November 2012? (y)


Kalau semua mahasiswa diminta memilih untuk mengambil tugas akhir atau tidak, sudah pasti 90% mahasiswa memilih untuk tidak mengambil mata kuliah TA berupa skripsi. Kenapa? ya, sudah dipastikan akan sangat memakan waktu, tenaga bahkan biaya. Perjuangan untuk mendapatkan gelar sarjana selama 4 tingkat harus diperjuangkan lebih ekstra pada mata kuliah yang hanya 6 sks berupa Tugas Akhir (Skripsi). Tugas Akhir yang mengalahkan semua mata kuliah selama 4 tingkat di bangku kuliah, mengalahkan semua sks yang telah kita kumpulkan sejak semester awal. Walau sudah banyak Universitas yang berpatokan pada kurikulum di Luar Negeri dengan meniadakan program skripsi seperti banyak teman saya di Universitas Indonesia yang Oh my God, envy karena mereka dapat menyelesaikan kuliah tepat waktu bahkan sangat cepat dengan IPK yang memadai. Yup, tidak perlu berlama-lama melakukan penelitian dan bersenang-senang dengan yang namanya pacaran dengan paper, metodelogi dan pembahasan. hmppttt...

Tapi, realitas harus tetap dihadapi, kampus saya di UIN Jakarta dengan jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi tentu masih menerapkan program TA berupa penulisan skripsi. Dan, bonusnya adalah saya dan teman-teman kimia harus siap, legowo dan sadar bahwa jurusan Kimia murni memang tidak boleh sembarang memberikan hasil. Melalui tahap penelitian, eksperimen dan percobaan berbulan-bulan lamanya yang harus kita lakukan untuk mendapatkan hasil penelitian. Hasil ya, iya baru hasil penelitian, itu berarti bab 4 berupa Hasil baru bisa kita dapatkan setelah melalui percobaan berbulan-bulan lamanya di Laboratorium. Nice.! ;D

Ditambah lagi saat melihat semangat dan motivasi mama papa yang ingin segera melihat anaknya ini memakai toga. Oke, makin semangat atau galau? :)
Sepertinya tidak perlu ditanya lagi apa perasaan saya saat ini. Saya memang tidak sendiri, ada puluhan mahasiswa/i tingkat akhir terutama di jurusan saya yang juga mengalami kegalauan yang sama. Tentu bukan karena kampus saya yang memberatkan proses selesainya TA, malah berbagai dorongan para Dospem dan Ketua Prodi sangat membuat kami yang sempat down, semangat lagi untuk segera menyelesaikan penelitian.

Kenapa bisa lama? Ya namanya juga penelitian, di Laboratorium, eksperimen, layaknya para peneliti yang akan menghasilkan jawaban baru dari sebuah judul permasalahan dan solusi. Terhitung sejak Maret 2012 dan saya baru bisa mendapatkan hasil pada Agustus 2012 di bidang Kimia Lingkungan.:) Hasil ya, baru hasil, belum pembahasan.:) Banyak faktor, padahal kenapa saya memilih bidang Kimia Lingkungan, selain karena saya memang tertarik di isu Lingkungan, banyak bukti bahwa penelitian kimia di bidang lingkungan memang tidak selama jika dibanding dengan bidang lain seperti Biokimia, Kimia Organik, dll. Namun, banyak faktor yang dapat membantah mitos tersebut. hehee. Dari mulai masalah teknis laboratorium, hasil yang harus berkali-kali diulang karena tidak bagus, dll. :)

Kecewa? Hopeless? Rasanya itu terlalu kekanak-kanakan. Tuhan pasti tahu apa yang kita rasakan, Tuhan pasti tahu derita mahasiswa akhir. hehee..
Semoga perjuangan kami untuk sabar dalam meneliti untuk mendapatkan hasil yang murni dan jujur bisa menjadi ladang amal dan ibadah kami selama penelitian. Semoga kesabaran kami bisa mengantarkan kami menuju nilai terbaik yang akan diperlihatkan kepada kedua orang tua kami, guru-guru kami, dan semua orang yang kami sayangi dan terus memotivasi kami sampai akhir. Amin.:)

Kalau ditanya hambatan saat penelitian? emm, rasanya bisa menghabiskan cerita lebih panjang untuk menulisnya. Sadar bahwa setiap hambatan yang terjadi saat penelitian diluar kehendak kita adalah bukan kebetulan, ya kan? :) Kalau semua adalah sudah kehendak Tuhan saat kita sudah memaksimalkan dan terus berdoa kenapa kita harus khawatir? :) Pasti ada sesuatu yang telah Tuhan siapkan dibalik semua tangisan, kesedihan dan perjuangan kita demi selesainya Tugas Akhir. Insya Allah..:)



Lebih legowo? Kalau saya iya.:)
Setiap ingat bahwa setiap perjuangan memang butuh pengorbanan dan Tuhan pasti melihat ini semua, saya kembali bersikap menerima, terbuka dan terus berpikir positif. Oh ya, jangan lupa juga Tahajud, Duha, Shaum sunah dan berbagai amalan sunah lainnya. Bisa jadi Tuhan memberikan kita teguran untuk lebih semangat beribadah. Tuhan rindu kita bermunajat kepadaNya.:)

Dan diakhir, Alhamdulillah. Insya Allah atas kehendak Allah juga lah nantinya saya dan teman-teman Kimia saya yang lain mendapat kadar dan rezeki kelulusan sesuai perjuangan, doa dan keputusan dariNya.:)

Pantaskah kita lulus Tahun ini? Semoga memang keinginan Mama Papa, saya pribadi dan orang-orang yang menyayangi saya untuk lulus di November 2012 juga menjadi keputusan paling baik menurutNya. Insya Allah, Amin.

Dan, sekarang saya sedang menyusuk bab 4 masuk ke pembahasan di pertengahan Agustus 2012. Semangaaaat, masih ada kesempatan untuk mengejar wisuda November 2012. Amin, Insya Allah.
Doakan aku...:D

Follow and chat me on:
@citraptiwi

Menggapai Impian dengan Prophetic Learning

Hello, back again. Seperti biasa, kali ini saya ingin menulis artikel liputan kegiatan yang saya ikuti. Kegiatan kali ini adalah Muhasabah motivasi yang dilaksanakan pada Minggu (12/08) bersama teman-teman Winning Indonesia bertempat di Sekolah Alam, Depok. Kegiatan ini adalah kegiatan semacam pesantren kilat bagi para anggota Winning sekaligus muhasabah dan penjelasan seputar materi public speaking seperti materi-materi yang biasa saya dan teman-teman WI dapatkan saat kelas berlangsung. Bonusnya, pada kesempatan kali ini materi tambahan yang cukup lama adalah materi Coaching Business yang diberikan Bpk. Adi Rohadi yang sudah lama berkecimpung di dunia bisnis. Beliau membagikan dan memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi kami semua. Bagi saya pribadi, acara ini benar-benar membuka pikiran saya akan semua dream mapping saya yang masih kurang lengkap. Dengan mengikuti berbagai acara-acara muhasabah, lama-lama dream mapping saya mulai lengkap dan tidak bolong-bolong. :D



Lanjut ke materi pertama yang dibawakan oleh Trainer di Winning Indonesia yaitu kak Kris tentang Prophetic Learning. How can we always be a student learner. Yup, karena hidup adalah belajar, belajar dari setiap kejadian yang kita lalui. Materi yang dibawakan berasal dari sebuah buku yang berjudul sama, Prophetic Learning. Prophet yang berarti Nabi, bagaimana caranya kita meneladani cara belajar Rasulullah saw dalam keseharian kita agar senantiasa menjadi manuia pembelajar yang di Ridhoi olehNya.

Dimulai dari pertanyaan pembuka dari kak Kris bahwa setiap kita pasti memiliki impian yang besar. Nah, ada ketentuan-ketentuan yang bisa menjadi pembelajaran bagi kita agar impian kita bisa kita realisasikan dengan cepat, Insya Allah tentu dengan izin Allah swt. :)

Ringkasan materi bisa dilihat disini

Nah, di sesi materi ini juga para peserta diminta untuk menulis cita-cita terbesarnya dalam waktu 15 menit saja. Yup, tanpa pikir panjang karena waktu yang diberikan memang singkat hanya 15 menit saya hanya menuliskan satu impian saya diantara ratusan impian yang ingin saya wujudkan. Pilihan jatuh pada salah satu impian saya untuk menjadi seorang penulis best seller dan menerbitkan buku best seller di ulang tahun saya yang ke-22 pada 25 April 2013 nanti, Insya Allah.

Setelah menuliskan impian, seperti biasa yang selalu dilakukan di Wining Indonesia sesuai dengan basicnya sebagai sekolah Public Speaking, para peserta mulai mempresentasikan impian-impian mereka. Sesi selanjutnya adalah me-list kemampuan-kemampuan pembelajaran apa yang harus kita lakukan untuk mewujudkan impian kita tersebut. Saya ambil contoh pada diri sendiri untuk menjadi seorang penulis. Kemampuan intelektual yang harus saya miliki tentu saja dengan terus mengasah kemampuan menulis mulai dari menulis walau minimal satu lembar setiap hari, aktif bloging, tumblr, aktif di dunia jurnalistik dan apapun yang dapat mengasah kemampuan menulis bahkan jika perlu mengikuti pelatihan sekolah menulis atau membaca buku-buku seputar jurnalistik dan kepenulisan.:)

Langkah selanjutnya adalah bagaimana kita menjaga semangat dalam menjalani setiap kegiatan-kegiatan pendukung tercapainya impian kita tersebut?
Nah, saya ambil lagi contoh di diri saya lagi saat ingin menjadi seorang penulis. kalo saya lagi down atau terserang writer's blog, bisa diatasi dengan cara yang sebelumnya telah saya paparkan di postingan lalu. Selain itu, coba untuk bertanya pada diri sendiri, apa sebenarnya yang memotivasi saya dalam menulis? menjadi seorang penulis? apakah eksis? terkenal? Menambah amal ibadah, pahala? Penyebaran informasi? apapun jawaban yang akan muncul nantinya jadikan itu sebagai motivasi untuk konsisten melakukan setiap kegiatan yang mendukung tercapainya impian..:)

Lanjut ke sesi selanjutnya adalah yang paling "ngena" di hati. Kenapa? karena ini menyangkut impian kita dengan amal apa yang bisa kita berikan dan itu semua tentu akan sangat mendekatkan kita dengan Tuhan. Amin.:)

Contoh nilai-nilai spiritual disini saya ambil lagi lanjutan salah satu impian saya untuk menjadi penulis buku best seller pada usia 22 tahun. Nah, nila-nila spiritual bisa dicontohkan dengan misalnya, 100% royalti buku (buku pertama) akan disumbangkan ke suatu yayasan sosial. Betapa bening dan damai bukan?

Itu hanya salah satu contoh nilai spiritual yang bisa disisipkan dalam impian kita, masih banyak nilai-nilai spiritual yang bisa disisipkan pada banyaknya impian kita. Tinggal bagaimana kita bisa bersikap bijaksana akan semunya. Intinya untuk mengharap Ridho Illahi. Amin.:)

At least, menjadi penulis best seller hanya satu diantara sekian banyak impian yang saya ingin wujudkan. Alhamdulillah sebagian sudah terealisasi, dan masih banyak yang masih dalam proses bekerja keras, doa dan keyakinan yang terus saya tanamkan dalam diri.

Yuk, sama-sama berjuang dan berdoa semoga kita semua dipertemukan dalam keadaan yang lebih baik, dan tentunya dikumpulkan dalam golongan orang-orang yang mendapat syafaat di hari akhir nanti. Insya Allah. Amin.:)

@citraptiwi

Menulislah!

Hello my dearest reader, masih seputar materi di pelatihan Jurnalistik Kemanusiaan yang saya ikuti. Liputan acaranya bisa dilihat disini atau disini. Nah, kali ini saya akan menyinggung sedikit tentang tips dari Pak Iqbal selaku pemateri utama di acara tersebut seputar gimana membawa keasyikan menulis setiap harinya. Yup, bagi kalian yang emang hobi nulis, diminta untuk menulis aktif setiap hari tidak akan kesulitan sama sekali ya, walau sempat mengalami yang namanya writer's block, tak dipungkiri saya pun kerap mengalaminya, tapi insya Allah itu tidak akan lama. Nah, gimana kalo kita yang hobi nulis tapi baru memulai untuk menulis aktif dimanapun dan kapanpun. hmmmm.. Please read it until finish.:)


Sempat bingung soal ide dan apa yang akan ditulis?
Yup, itu salah satu pertanda kalau kita sedang mengalami yang namanya writer's block. Paling menyebalkan ya? Saya juga begitu. Saat semangat nulis, tapi tiba-tiba berhenti ditengah jalan dan bingung apa yang mau ditulis.:D

Cara yang dipaparkan Pak Iqbal sederhana, namun bagi saya ini cukup ampuh dan bisa menjadi pegangan bagi saya saat sedang mengalami writer's block. Tentu yang paling utama adalah Hargai waktumu. Seorang jurnalis dan penulis harusnya memiliki hari yang baru dan fresh setiap harinya karena sejatinya mereka memberikan kesegaran berita dan gagasan-gagasan segar bagi para pembaca. So, kita sendiri harus fresh dan segar dong ya.:)

Gimana caranya supaya setiap harinya kita segar dalam menulis dan memberikan gagasan? :)
Jawabannya sederhana, Dengan membuat setiap harinya baru dengan karyamu, hehe. Sederhana kan? :)
Nah, terus gimana kita bisa berkarya kalo kita aja bingung mau nulis apa? Eits, jangan putus asa dulu dong, mau jadi penulis aktif dan handal kan? Nah, keseringan kita untuk bingung dalam memilih dan menciptakan ide tulisan emang karena kita terlalu muluk dalam mencari ide. huft. Kita keburu pengen nulis sesuatu yang big dan mengguncang para pembaca, hehe. Pernah menulis diary atau curhatan apapun, di twitter deh, sering kan? Itu juga bisa kita jadikan bahan tulisan loh.

Sejatinya, inspirasi bisa datang dari mana saja, tidak perlu jauh-jauh menyendiri sampai naik gunung atau ke pantai yang jauh untuk mencari ide dan inspirasi. Orang-orang disebelah kita, kehidupan-kehidupan sederhana yang setiap hari kita lihat di metro mini, mall, kampus, sekolah, jalan dan apapun bisa kita jadikan sumber inspirasi. Kuncinya sederhana, ungkapkan saja apa yang kalian rasakan saat melihat sesuatu yang baru.

Trus, kalo setiap harinya kita melakukan hal yang sama, monoton gimana?
Eits, lagi-lagi seorang penulis itu juga seorang creative junkies dong ya. Kita harus kreatif menciptakan sesuatu hal yang baru mulai dari hal-hal kecil walaupun setiap harinya kita melakukan pekerjaan yang sama. Mulai dari pergi ke tempat kerja/ kampus dengan jalan yang berbeda, mengenakan tas yang berbeda, atau mungkin dandanan yang berbeda.:D
Be creative, Dear. ;)


@citraptiwi

Jurnalistik Kemanusiaan: Menggugah Kepedulian Melalui Jurnalistik

Bonjour.! Hello my dearest Readers.!
Kembali lagi ke liputan acara yang saya ikuti tepatnya pada Kamis (26/07) yang bertempat di Aula Madya UIN Jakarta. Acara yang diselenggarakan oleh MPS (Mahasiswa Peduli Somalia) dan disponsori oleh ACT (Aksi Cepat Tanggap) for Humanity ini merupakan acara pelatihan Jurnalistik Kemanusiaan angkatan pertama dengan tema "Berbagi Informasi, Berbagi Kebahagiaan, Berhati Cantik dengan Jurnalistik". Acara berlangsung sejak pukul 09.00 dan berakhir ba'da Maghrib setelah ifthor bersama sekitar pukul 18.35 wib.


Awal mula mendapat kabar informasi tentang pelatihan ini, sontak Saya langsung menerima dan mendaftar untuk menjadi salah satu peserta di Training ini. Why? sudah jelas jawabannya adalah karena ketertarikan dan keingintahuan saya di bidang jurnalistik dan kepenulisan.
At least, saya memang orang yang cukup on time bahkan in time, paling tidak suka datang melewati jadwal perjanjian dan pemberitahuan acara, maka saat diberi tahu oleh panitia acara bahwa para peserta datang pukul 07.30 wib, saya pun tidak mengulur-ngulur waktu untuk datang telat, walau mungkin itu hanya gertakan panitia untuk mengantisipasi para peserta agar tidak telat, namun saya berusaha untuk menghormati respon yang diberikan panitia. Hehe soalnya sering juga ngerasain jadi panitia yang harus nge-handle peserta tidak kurang dari 70an orang.


Acara sendiri baru dimulai pukul 08.15 dan dibuka oleh sambutan-sambutan dari pembantu Rektor UIN Jakarta dan Bpk. Ahyudin selaku Presiden ACT. Inti dari sambutan Bpk. Ahyudin ini adalah seputar nilai-nilai kemanusiaan. Bagaimana nilai kemuniasaan harus ada dalam diri setiap pribadi. Dimulai dengan penuturan bahwa ada sekitar 1,4 Milyar penduduk bumi yang berada di bawah garis kemiskinan dan video tentang keadaan masyarakat di Somalia yang merupakan negara termiskin di dunia. Tidak hanya sampai disitu, Pak Ahyudin juga menuturkan betapa mulianya seseorang yang sukses dan sudah aman hidupnya tapi masih mau berjuang untuk memikirkan kehidupan sekitar

Acara selanjutnya adalah penuturan dan penjelasan oleh bapak Iqbal Setyarso selaku pembina MPS (Mahasiswa Peduli Somalia) dan merangkap sebagai direktur GPM (Global Philantrophy Media) yang telah lama berkecimpung dalam dunia jurnalistik kemanusiaan bersama ACT (Aksi Cepat Tanggap) dalam memperkenalkan dunia kemanusiaan melalui jurnalistik.

Inilah materi yang ditunggu-tunggu, penuturan dan penjelasan seputar apa itu Jurnalistik Kemanusiaan dan Kepemimpinan dan apa bedanya dengan jurnalistik pada umumnya akan saya coba jelaskan ulang secara singkat, semoga bermanfaat. :)

Sudah tahu kan, gimana kecekatan dan kemampuan seorang jurnalis saat meliput suatu berita? Kemampuannya dalam mencari informasi dan mengemasnya menjadi sebuah tulisan memang patut diacungi jempol, terutama untuk berita-berita yang memang harus segera diupdate seperti berita bencana contohnya. Namun, tentu saja kecepatan dalam mendapatkan informasi tersebut tidak boleh melalaikan kecermatan kita saat menulis beritanya. Informasi harus jelas, padat dan terpercaya. ;D

Nah, sekarang apa sih Jurnalistik Kepemimpinan itu?
Berasal dari arti pemimpin itu sendiri yang berarti leading, memimpin, terdepan. Ya, Jurnalistik Kepemimpinan pun sama seperti arti pemimpin. Intinya adalah tulisan yang ditulis untuk melakukan suatu perubahan, mendorong orang untuk melakukan apa yang kita gagas dan menjadi pusat pengaruh yang menjadi magnet perubahan.
Pasti banyak dari kita yang juga sadar, tulisan memang kerap mengubah suatu kontruksi sosial di masyarakat. Dan saat tulisan kita mengenai berbagai persoalan kemanusiaan yang terjadi di masyarakat dan berhasi membuat orang/ para pembaca tersentuh hingga mau berbuat lebih untuk ikut membantu persoalan kemanusiaan tersebut, semoga itu bisa menjadi ladang amal bagi kita dan juga orang-orang yang tersentuh hatinya saat itu. Amin.

See? Betapa tertantangnya Saya dengan Jurnalistik Kepemimpinan dan Kemanusiaan. Menyebarkan informasi-informasi bermanfaat dan berita seputar kemanusiaan yang memang seharusnya orang ketahui, tidak perlu ditutup-tutupi, tidak perlu ditakuti. Sebarkan saja, Fastabikhul khairat, semoga ini bisa menjadi ladang penambah amal bagi kita. Amin. :)

Makin semangat menulis? :)




@citraptiwi