Menumbuhkan Karakter Qur'an pada Pemimpin Masa Depan

Sosok pemimpin ideal menjadi dambaan setiap warga negara. Tak bisa dipungkiri rakyat telah lelah dengan maraknya tindak kriminal yang banyak melibatkan pemimpin dan petinggi-petinggi suatu negara. Dengan maraknya tindak kriminal yang berakibat runtuhnya moral bangsa, perlu adanya pemaparan dan diskusi terbuka akan pemaparan tentang karakter kepemimpinan yang dibutuhkan untuk perbaikan negeri.

Pemilihan Presiden pada 2014 menjadi sebuah pintu gerbang bagi warga negara untuk jeli memilih dan mempelajari setiap karakter calon kandidat yang berhak menjadi RI 1 Negara Indonesia. Pemilihan pemimpin menjadi cambuk tersendiri bagi rakyat Indonesia yang menginginkan sosok pemimpin yang mampu memberikan perubahan positif bagi negara.

Bagaimana sebenarnya gambaran dan pemaparan lebih jauh tentang sosok pemimpin yang berkarakter Qur'an? 

Young Islamic Leaders (YI-Lead), sebuah organisasi kepemudaan yang bergerak dalam bidang kepemimpinan dari lembaga Pendidikan Islam Ar Rahman Qur'anic Learning Center (AQL) di bawah bimbingan Ust Bachtiar Nasir, Lc ini mengadakan sebuah acara Talkshow "PemimpinQu Berkarakter Qur'an (Perspektif Menghadapi 2014)" yang bertepatan dengan acara dalam penutupan Islamic Book Fair pada Minggu, 10 Maret 2013 pkl. 19.00-21.00 wib di Panggung Utama Islamic Book Fair, Senayan

Young Islamic Leader (YI-Lead) memiliki tujuan membina pemuda dan umat dalam memahami Al Quran serta implementasinya dalam perbaikan bangsa. Acara ini akan dihadiri pembicara dari sosok-sosok pemimpin yang akan memaparkan pandangan masing-masing mengenai karakter pemimpin yang dibutuhkan untuk negeri. Pembicara-pembicara dalam Talkshow ini adalah:

Mahfud MD- Ketua Mahkamah Konstitusi RI 
 

Hidayat Nur Wahid- Mantan Ketua MPR RI


 Bachtiar Nasir- Sekjen Majelis Intelektual & Ulama Indonesia


Adhyaksa Dault- Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Penulis Buku "Menghalau Negera Gagal, Ijtihad Politik Indonesia"


Burhanuddin Muhtadi- Pengamat Politik


Datang dan saksikan penutupan Islamic Book Fair dalam Talkshow "PemimpinQu Berkarakter Qur'an (Perspektif Menghadapi 2014)" di Panggung Utama Islamic Book Fair Minggu, 10 Maret 2013 pkl.19.00-21.00 wib.
Siap menjadi pemimpin berkarakter Qur'an dan warga negara yang cerdas memilih pemimpin masa depan? 



More info kindly check:

Contact Person:
Agastya Harjunadhi / @AgastyaWH
Sekjen YI-Lead

CP : 08561083969 | 08568940721 


Hit me on twitter:

Social Media: Lebih dari Sekedar Ajang 'mengeksiskan' Diri


Bicara soal Social Media memang tidak bisa lepas dari pemanfaatannya untuk ajang 'mengeksiskan' diri. Lebih dari itu, social media (facebook, twitter, blog, dll) saat ini merupakan cara paling ampuh untuk menyebarkan informasi secara mudah dan cepat kepada masyarakat. Hampir semua orang dari berbagai kalangan menggunakan dan memanfaatkan social media.

Namun, pemanfaatan social media nampaknya dapat menjadi bumerang bagi diri kita pribadi jika 80% pemanfaatannya hanya sebagai ajang 'mengeksiskan' diri. Dengan manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan social media yang tepat, bukan tidak mungkin bagi kita untuk dapat beraksi lebih untuk masyarakat yang membutuhkan dan menjadi pejuang kemanusiaan lewat social media. Bagaimana caranya?

Mengambil contoh dari teman-teman saya yang tergabung dalam Cyber Volunteer di lembaga ACT (Aksi Cepat Tanggap), bukan tidak mungkin untuk menjaring banyak bantuan dalam waktu singkat dengan menggunakan social media. Anne, salah seorang teman saya di ACT yang selalu update informasi di sekitar lokasi bencana ini aktif memanfaatkan twitter sebagai salah satu upaya untuk menjaring bantuan yang lebih luas lagi. 

Tugas sebagai Cyber Volunteer yang cukup simpel terutama bagi para kaula muda yang tidak bisa lepas dari social media dengan selalu mengupdate dan mengabarkan berita-berita terbaru dari lapangan menghasilkan manfaat yang cukup besar bagi para korban bencana. Hal kecil seperti terus mengabarkan berita-berita di lapangan melalui akun twitter dapat mendorong para follower dari berbagai kalangan dan seluruh kota untuk mengetahui dan akhirnya ikut membantu korban bencana.

Terbukti saat bantuan untuk para korban ternyata datang lebih cepat. Semakin banyak donatur yang bahkan datang langsung ke lokasi bencana dan mengaku mengetahui informasi melalui twitter hingga akhirnya tergerak untuk ikut membantu.

Sejatinya, social media memang harus selayaknya juga menjadi hal yang lebih bermanfaat daripada hanya sekedar update status dan upload foto. Kita bisa menjadi pejuang kemanusiaan hanya dengan bermodal smartphone yang selalu kita bawa dimanapun kita berada. 

Contoh lain berupa penyebaran informasi saat kita tengah berlibur di suatu wilayah terpencil Indonesia. Pemberitahuan tempat dan wilayah terpencil, kondisi pemukiman dan masyarakat juga bisa menjadi penyebaran informasi yang sangat berguna untuk peningkatan kualitas dan infrastruktur penduduk wilayah tersebut.

Masih ingat masalah jembatan putus di daerah Lebak, Banten? dimana para siswa siswi yang akan berangkat sekolah harus rela bergelayutan diantara jembatan yang telah rubuh dengan resiko terjatuh ke sungai yang dalamnya kita bisa membayangkan bagaimana dalamnya sungai di daerah Lebak, Banten.

Satu foto jembatan dengan anak-anak yang sedang bergelayutan yang beredar di social media mampu menarik perhatian dan simpati masyarakat. Media lain kemudian berlomba-lomba untuk mengabarkan kabar terbaru di wilayah tersebut hingga akhirnya bantuan dari pemerintah setempat akhirnya datang.

Dahsyat ya social media? :)

Itulah mengapa saya selalu berkeinginan dan tidak mau berhenti bergelut di dunia informasi khususnya bidang jurnalistik karena manfaat yang dihasilkan cukup besar untuk membantu lingkungan sekitar dan mengajak masyarakat untuk 'membuka mata' bahwa ada suatu 'kejadian' yang patut untuk diperhatikan.

Yuk, sekarang lebih bijak dan cerdas dalam menggunakan social media.

Siap bersama-sama menjadi pejuang kemanusiaan di social media? :) 


Hit me on twitter: