Assalammualaikum wr.wrb,
Dear lovely readers sudah lama saya tidak menulis di blog. Kali ini bukan karena alasan klasik "skripsi". Tapi, karena pekerjaan saya di PT. PT. Henkel Indonesia yang membuat saya harus rajin belajar setiap harinya.:p
Oke, lanjut ke topik tulisan kali ini. Saya ingin menulis sebuah pemikiran dan muhasabah yang selalu terngiang di
pikiran saya tentang urgensi waktu dan pengisian waktu luang. Semoga bukan
menggurui dan berkenan membacanya hingga selesai. J
Tidak terasa, tahun 2013 sudah memasuki bulan ke-sepuluh. Itu berarti tinggal tiga bulan lagi kita memasuki 2014. Senang atau sedih, dears? :)
“...Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti
seribu tahun menurut perhitunganmu” (QS.Al-Hajj 47)
Saya dan bahkan kita semua tidak akan tahan menahan air mata
saat memikirkan akan seperti apa akhir hidup kita di dunia ini. Sebaik-baiknya
cita-cita adalah menggapai khusnul khatimah dan senantiasa mempersiapkan
kematian yang selalu mengintai kapan saja. Tak ada yang mengetahui selain-Nya.
Kembali ke ayat Al-Hajj 47, saya pernah membaca gambaran
perbandingan waktu di dunia dan akhirat:
1 Hari akhirat = 1000 tahun dunia
24 jam akhirat = 1000 tahun dunia
1,5 jam akhirat = 62,5 tahun dunia
Jika usia manusia di dunia hanya 60-70 tahun, maka di
akhirat hanyalah 1,5 jam saja.
Urgensinya hidup didunia hanya seperti 1,5 jam saja di
akhirat. Pertanyaannya, mampukah kita mengendalikan hawa nafsu kita hanya
selama 1,5 jam saja? untuk surga tak terbatas yang abadi.
Saat banyak resolusi dibuat di awal tahun, orang-orang
berbondong mengembangkan bisnis dan melebarkan sayap demi tercapainya kekayaan
‘sesaat’. Tidak ada yang melarang, bahkan dalam Islam menjadi orang yang
dititipi Allah swt harta lebih menjadikan kita bisa menjadi orang yang lebih
banyak memberi dan berkesempatan mengunjungi baitullah. Namun, yang saya ingin
tekankan disini adalah, adakah terselip resolusi ibadah untuk lebih mendekatkan
diri kepada-Nya di 2013?
Buru-buru pula saya segera mengecek resolusi yang selalu
saya buat. Apakah condong ke dunia dan minus akhirat?
“Orang yang cita-citanya tertuju pada dunia saja, urusannya akan Allah cerai beraikan, kemiskinan senantiasa terbayang di pelupuk matanya, sementara dunia yang mendatanginya hanya sebatas yang telah Allah tetapkan baginya saja. Dan siapa saja yang cita-citanya tertuju pada akhirat, pasti Allah beri keteguhan pada kesatuan jiwanya, kekayaan selalu melekat dalam hatinya, sementara dunia justru mendatanginya secara pasrah” (Hadits riwayat Ibnu Majah).
Jika kita sadar bahwa setiap jiwa akan merasakan kematian,
tidak mungkin setiap hari kita membiarkan waktu terlewat tanpa mendapat
ridha-Nya. Setiap jiwa yang sadar bahwa kita hanya menunggu giliran ‘kematian’,
tidak akan membiarkan dirinya mendekati segala bentuk kemaksiatan, takut kalau
tiba-tiba ‘dipanggil’ dan kita belum sempat mengumpulkan amal kebaikan. Naudzubillah
min dzalik.
Dunia hanya tempat singgah dimana kita diberi kesempatan
untuk mengumpulkan ladang amal sebanyak mungkin. Bekal untuk kita bawa ‘pulang’
agar tidak ‘mati kutu’ saat ditanya para malaikat nanti. Bekal agar kita bisa
bangga saat ditanya “Untuk apa kau gunakan masa mudamu? Darimana kau dapatkan
hartamu dan kemana kau belanjakan?” Cek dan kalkulasi harta kita sekarang di
dunia, dengan cara apa kita mendapatkannya dan sudah kita keluarkan untuk
berniaga dengan Allah swt (Zakat, sedekah,dll), atau malah berhamburan ke
tempat-tempat duniawi?
Maka sejatinya, Indah saat resolusi dengan penuh menyebut
bahwa di Tahun 2013 ini saya akan rutin mengerjakan amalan sunah (shalat dhuha,
bangun sebelum subuh (Tahajud), Subuh tepat waktu, dzikir usai subuh, sedekah
tiap hari, mengeluarkan zakat rutin (sesuai ketentuan syariah), rutin ikut
kajian Islam untuk semakin menambah pengetahuan Islam, tilawah setiap hari,
perbaiki bacaan Qur’an, menghafal Qur’an, puasa sunah, dan masih banyak lagi amalan-amalan
yang dicontohkan Rasul saw yang sayang untuk kita lewatkan di dunia).
Diluar itu, Resolusi dunia tetap dengan semangat kita
kerjakan. Berbeda saat mengerjakan resolusi dunia tanpa mengindahkan resolusi
akhirat adalah tanpa adanya perantara Allah swt. Hati was-was, diliputi
prasangka gelisah setiap apa yang menjadi impian tidak tercapai, dll. Dengan
menjalankan Resolusi dunia beriringan dengan Resolusi akhirat, hati menjadi
lebih bijaksana dan tenang dalam menghadapi setiap ‘kerikil-kerikil’ yang
menimpa. Tidak pernah takut, karena Allah swt langsung yang menjaga dan
menjamin kita setiap saat. Tidak ada yang bisa mencegah, maka dekati Dia.
Semoga kita termasuk hamba-Nya yang senantiasa memperoleh
hidayah-Nya dan istiqamah dalam menjalankan segala perintah-Nya.
Aamiin Allahumma Aamiin..:)
Hit me on twitter:
0 comments:
Post a Comment