SDI Tambora: Potret Kehidupan Pendidikan di Pinggiran Jakarta


Hello hello mengenang lagi gimana kegiatan saya bersama teman-teman YAFI (Youth's Act for Indonesia) selama sekitar 4 bulan di sebuah SD swasta di Tambora, Jakarta Barat. Saya ingin berbagi sedikit cerita tentang profil sekolah ini.



Potret kehidupan banyak adik-adik kita nyatanya tidak hanya ditemukan di pelosok negeri Indonesia seperti di Papua, NTB, dll. Potret mereka juga bisa kita temukan di pinggiran kota Jakarta seperti di Tambora. Masih ada potret adik-adik YAFI di SD kawasan Pancoran dan Petamburan. Tulisan selanjutnya tentu akan saya ceritakan bagaimana ada cinta dan keceriaan di tiga SD yang YAFI temani selama ini. Mulai dari bagaimana mencari SD-SD di kawasan Jakarta yang memang butuh "sentuhan". Hingga akhirnya Tuhan mempertemukan kami dengan tiga SD tersebut.



Kali ini saya ingin menceritakan tentang profil SDI Tambora, Jakarta Barat. Semoga tidak bosan membaca tulisan saya ya.:D

Yup, apapun itu. Komentar selalu ada. Konsistensi untuk tetap berdedikasi untuk negeri dari lingkungan yang sangat sederhana membuat kepuasan batin tersendiri bagi saya, kami, teman-teman YAFI yang lain.
Berdiri sejak 1950, SDI Tambora belum memiliki perpustakaan, sebuah ruangan yang sangat penting bagi setiap sekolah, karena didalamnya terdapat banyak sekali pengetahuan untuk menambah kazanah keilmuan. Bukankah buku adalah jendela dunia?

Sampai akhirnya anak-anak muda yang tergabung dalam komunitas YAFI "menyentuh" SDI Tambora. Kami tergerak untuk membuatkan pojok baca untuk adik-adik SDI Tambora. Sejak Desember 2011 YAFI bersama para volunteer mengadakan pengajaran secara sukarela kepada adik-adik SDI Tambora dan berkat bantuan donatur dan volunteer berhasil mengumpulkan lebih dari 500 buku hingga SDI Tambora resmi memiliki pojok baca pada Maret 2012. 


Dengan jumlah murid keseluruhan berjumlah 88 orang dari kelas 1 hingga kelas 6, setiap kelas hanya dihuni sekitar 20-25 orang murid. Rata-rata pekerjaan orang tua murid adalah sebagai buruh pasar, tukang bajaj, bahkan ada yang berprofesi sebagai pemulung. Ada juga salah satu adik yang membantu pekerjaan Ibunya sebagai pembantu rumah tangga. 

Biaya SPP siswa perbulan sebesar Rp25.000,- per bulan dengan gaji guru rata-rata kurang dari 200 ribu per bulan. SDI Tambora pernah menerima bantuan renovasi dari perusahaan swasta dan dana bos yang digunakan untuk membayar SPP. 

Fasilitas yang terdapat di SDI Tambora cukup minim. Mereka tidak memiliki alat-alat peraga untuk menunjang jalannya pembelajaran seperti Globe, Patung anatomi, peta, dan alat peraga lainnya. Pembelajaran adik-adiknya hanya berdasarkan LKS dan tidak menggunakan Buku Pelajaran karena memang sekolah hanya menyediakan LKS sebagai bahan pembelajaran. 

Sepulang dari sekolah, banyak adik-adik yang bekerja untuk membantu orang tuanya. Seperti yang dilakukan Chintya, adik SDI Tambora kelas 5 SD ini harus membantu Ibunya yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga sepulang dari sekolah. Kegiatan ini kerap dan sering Chintya lakukan sejak lama. Kehidupannya yang memang mengharuskan Chintya melakukan pekerjaan itu. Usia yang masih sangat muda kelas 5 SD tidak membuat dirinya manja dan tidak membantu pekerjaan Ibunya tersebut. 

Ada lagi Mimin, siswa yang saat ini duduk di kelas 6 SD ini orang tuanya bekerja sebagai pemulung. Ia sering berjalan bersama ayahnya untuk berkeliling pinggiran kota untuk mencari barang-barang yang memang masih layak pakai untuk kemudian ditukar lagi dengan sejumlah uang ke pengepul barang-barang bekas.




More contact:
Follow @YAFIndo

Hit me on:

Kalahkah Peng-Kurbanan Kita dengan Pemulung?

Dear Readers..

Tulisan ini tidak tahan untuk saya buat karena kekaguman pada pasangan pemulung yang luar biasa. Pemulung? Saya kagum, terharu dan tertampar karena ibadah yang berhasil mereka tunaikan.

Iya, pemulung. Memangnya kenapa dengan pemulung? Apa istimewanya mereka?

Masih dalam suasana Idul Adha yang jatuh pada 10 Dzulhijjah, seluruh umat muslim di dunia menikmati indahnya bertemu dengan Hari Raya ini. Kemudian, kabar datang dari pasangan pemulung Yati (55) dan Maman (35) yang memberikan kurban berupa dua ekor kambing yang diberikan ke panitia kurban di Masjid Al-Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan.

                    sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/pemulung-di-tebet-nabung-tiga-tahun-untuk-kurban.html

Seperti dilansir berbagai media yang memberitakan kabar ini, salah satunya dari Merdeka.com menyebutkan bahwa mereka mengaku menabung tiga tahun untuk membeli dua ekor kambing kurban. Walau susah payah, mereka ingin memberikan kurban, bukan terus mengantre diberi daging kurban. Mereka memberikan dua ekor kambing, yang besar dengan harga Rp 2 juta, yang kecil Rp 1 juta, ujar Yati seperti dilansir di Merdeka.com.

Ucapan yang membuat saya terharu adalah kutipan Yati dalam media fimadani.com.
“Saya ingin sekali saja, seumur hidup memberikan daging kurban. Ada kepuasaan, rasanya tebal sekali di dada. Harapan saya semoga ini bukan yang terakhir".

Seperti informasi di berbagai media, Yati bersama suaminya Maman sehari-hari tinggal di gubuk triplek kecil di tempat sampah Tebet. Tak ada barang berharga di pondok 3x4 meter itu.

Menerima dua ekor kambing dari pasangan pemulung ini, para jemaah dan panitia Masjid Al-Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan terharu dan meneteskan air mata seperti dikutip di berbagai media. Tak heran, saya pun yang membacanya sangat terharu. Bagaimana seorang seperti pasangan Yati dan Maman ini benar-benar memiliki hati tulus untuk berbagi dengan melaksanakan perintah-Nya yang hanya diwajibkan bagi kaum berada. Bagi mereka tentu miskin dan kemelaratan yang selama ini mereka derita tidak menghalangi sedikitpun keinginan mereka untuk berkurban.

Saya merasa tertampar membaca berbagai media yang memberitakan mereka. Sudah sangat dapat dilihat, bahwa tidak ada alasan untuk berbagi. Tidak ada kata mustahil untuk mencapai pahala mengharap Ridho-Nya.

Lalu, pantaskah kita mengeluh dengan terus menggunakan otak kiri saya untuk menalar dan perhitungan lagi tentang konsep berbagi dan memberi? Sudah saatnya memang kita sadar. Semua yang kita miliki adalah milik-Nya. Sejatinya kita tidak memiliki apa-apa. Sudah cukup rasanya kita memperhitung-hitungkan berapa yang harus kita keluarkan seminimal mungkin untuk berbagi.

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS.Al-Baqarah: 261)

Tidak ada kata mustahil rasanya bagi saya, kita dan semua orang yang lebih beruntung dari pasangan Ibu Yati dan suami yang sehari-hari bekerja sebagai pemulung namun bisa memberikan dua ekor kambing kualitas super. Semua tidak akan terjadi tanpa kehendak Allah. Dan tidak akan muncul karena adanya niat. Iya, niat. Maka, saya pun berniat. Untuk sebuah komitmen dalam diri. Untuk sebuah konsistensi dalam mengarungi kehidupan. Berbagi menjadi garis mati.




Hit me on:
@citraptiwi


I'm Locavore! Selamat Hari Pangan Sedunia



Yup.! Tepat pada Selasa (16/10), LSM Aliansi Desa Sejahtera bersama dengan para volunteer Indonesia Berseru memperingati Hari Pangan Sedunia yang jatuh pada tanggal yang sama. Acara yang diadakan ADS rutin setiap tahun ini memang selalu menghadirkan dan mempersembahkan kejutan-kejutan untuk membuat masyarakat "membuka mata" akan pentingnya keberpihakan pada pangan lokal.


Dua tahun berturut-turut ikut berpartisipasi memperingati dan meramaikan Hari Pangan Sedunia bersama ADS, tahun ini dengan sedih hati saya tidak bisa ikut meramaikan HPS dan berbagi semangat di lokasi acara karena bertepatan dengan hari weekdays dan saya yang masih terpatok pada urusan skripsi Tugas Akhir.

Namun, tentu saja semangat untuk terus menggaungkan pentingnya keberpihakan pada produsen kecil tidak luntur begitu saja. Kemeriahan acara tetap bisa dirasakan karena semangat teman-teman volunteer lainnya yang meramaikan acara. Berlokasi di Bundaran HI, dimulai sejak pagi dan berakhir hingga matahari terik hampir sore, para volunteer tetap bersemangat menggaungkan dan menyuarakan pentingnya menjadi Locavore. Yeah.! Pentingnya kita peduli terhadap Pangan Lokal.!

                                 


 Mas Tejo (Koordiator Aliansi Desa Sejahtera) saat diwawancarai media seputar HPS


Foto Dok. ROL

Hit me on:


Aliansi Desa Sejahtera di Social Media Festival 2012

Hello dear.! Welcome back...

Liputan kali ini datang dari satu kegiatan heboh di Jakarta yang melibatkan lebih dari 100 komunitas penggiat media sosial. Yup.! Social Media Festival 2012 yang tahun ini diadakan outdoor di Gelanggang Renang, Senayan sejak Jumat 12 Oktober hingga Minggu 14 Oktober 2012.

Acara yang berlangsung sejak pagi ini berakhir seharian full hingga malam pukul 21.00 wib. Total pengunjung terus membanjiri area SocMedFest dan semakin ramai menjelang malam. Ada sekitar 100 komunitas yang ikut meramaikan Social Media Festival kali ini. Para penggiat social media itu tidak hanya membukan booth, mereka juga mengadakan talkshow atau pertunjukan di main stage atau mini stage. Semua kebagian untuk ambil peran dan posisi supaya lebih dikenal masyarakat.

Panas, terik.! Tempatnya yang berada di outdoor dan saya bersama teman-teman berkunjung saat matahari sedang terik-teriknya guys. Fuihh. Tapi, totally Awesome, Seru.!




Dan ada Nicholas Saputra.! One of my favorite actor. Cihuy.! Kegalauan terjadi saat tahu bahwa saya telat registrasi 100 peserta beruntung yang akan diwawancarai oleh Nicholas Saputra dan berkesempatan journey dengan komunitas "Buka Mata" dan Nicholas. Wow.! Oke saya melewatkan kesempatan ini. Hehee..

Yup.! Tak lupa juga memang tujuan awal ke SocMedFest ini adalah untuk mampir ke salah satu booth milik LSM Aliansi Desa Sejahtera bersama dengan Respect Magazine. Kurang lebih sejak tahun 2010 saya mengikuti dan bergabung dengan LSM ini sebagai volunteer. Menambah pengetahuan dan kepekaan terhadap produk-produk pangan lokal dan produsennya (petani, nelayan). Banyak suka dan duka, menyelam dan mempelajari langsung tentang pentingnya kita mengkonsumsi pangan lokal dan dampaknya tentang ketahanan pangan suatu bangsa. Jika ditelusuri lebih jauh, urusan pangan memang sangat krusial, namun banyak pemuda yang belum mengetahui seluk beluknya terlalu dalam. Maka ADS bersama aliansi NGO lainnya yang juga memiliki satu visi untuk memperkenalkan kepekaan sosial terhadap pangan lokal kepada para anak-anak muda.

Lebih banyak peduli. Lebih banyak berbagi. Watch and Share it.!
     Mbak Ida (Staff Koordinator ADS) yang sedang diwawancarai media di depan booth ADS

Kenapa anak-anak Muda?
Tentu, karena anak-anak muda adalah motor penggerak perubahan sosial. Kemajuan teknologi dan potensi kecerdasan para pemuda diharapkan dapat menjadi "suara" bagi para produsen kecil (petani dan nelayan) yang tidak bisa "bersuara" dan memang butuh perhatian dari bangsa. Tidak tergerus karena keegoisan bangsa.

Contoh simpel apa yang bisa kita lakukan?
Kalo kalian hobi nulis, aktif di media, minimal nge-twitt deh. Coba deh kita "bicara" kenyataan "pahit" para petani dan produsen kecil. Satu yang bersuara itu tidak ada apa-apanya, tapi bayangkan saat semua anak muda menyuarakan tentang "suara" mereka yang selama ini "diam". Bayangin kalo sampe bisa jadi trending topic? Trus semua media akhirnya mau gak mau memberitakan petingnya urusan pangan lokal di Indonesia karena hebohnya "gembar-gembor" suara pemuda yang membela para produsen kecil. Gimana gak keren? :)





Eits, para pemuda tentunya gak cuma bisa gembar-gembor doang dong. Lebih dari itu atas semua potensi yang kita miliki, kita bisa melakukan hal yang lebih besar bersama-sama dengan komunitas lingkungan kita. Kalau udah sadar akan pentingnya membela pangan lokal di Indonesia, mulai terus pengaruhi teman-teman pemuda lainnya buat ikut juga cinta produk pangan lokal.

I'm Locavore.!


More about ADS klik Desa Sejahtera
and about Magazine @respectmagz

Hit me on:
@citraptiwi


Cerita Buku: Bumi Cinta

Dear Lovely Readers...

Kali ini buku yang akan saya coba ceritakan adalah buku yang baru saja selesai saya baca. Setebal 546 halaman yang saya baca selesai dalam waktu satu minggu. Salah satu novel karya penulis yang meraih Penghargaan Sastra Nusantara Tingkat Asia Tenggara, Habiburrahman El Shirazy. Buku berjudul Bumi Cinta ini adalah buku terbitan 2010 yang diterbitkan penerbit Basmala.

Seperti buku-buku karya Kang Abik lainnya, Saya selalu terbawa emosi dari setiap segmen dan seperti menyelam lebih jauh ke dalam cerita di dalam novel. Terbawa dalam keharuan dari masing-masing karakter yang diceritakan secara kuat oleh Kang Abik. Ini juga yang Saya alami saat membaca novel beliau untuk pertama kalinya saat saya masih duduk di bangku kelas 2 SMA sekitar tahun 2007. Novel Ayat-ayat Cinta. Novel yang saat itu benar-benar menguras emosi saya. Saya menangis di akhir cerita buku Ayat-Ayat Cinta saat Maria mengucapkan kalimat Syahadat di akhir hayatnya. Seperti kebanyakan orang yang terharu, air mata jatuh begitu saja di pipi seiring dengan menutup bagian ending buku Ayat-ayat Cinta. Terkejut, papa juga ternyata membaca novel Ayat-ayat Cinta saat sedang tidak Saya baca. Saya memang tidak menyangka, karena novel percintaan apapun jenisnya bukan sama sekali genre bacaan papa. Tapi, saat itu, papa membaca Ayat-ayat Cinta. Papa menghabiskan membacanya hanya dalam waktu dua hari. Memang tidak salah jika Ayat-ayat Cinta diangkat ke layar lebar.

Back to the topic, ke judul novel Kang Abik yang berjudul "Bumi Cinta". Prolog yang dijelaskan di awal oleh Kang Abik membuat Saya rasanya tidak ada alasan untuk tidak membacanya. Novel-novelnya selalu terinspirasi saat selesai mentadabburi firman-firman Allah SWT dalam kitab suci-Nya. Seperti Ayat-ayat Cinta yang terinspirasi dari QS.Az Zukhruf [43]: 67. Kemudian, Ketika Cinta Bertasbih yang juga diangkat ke layar lebar terinspirasi setelah mentadabburi QS.At-Taubah [9]: 105. Novel Bumi Cinta ini lahir setelah Kang Abik mentadabburi QS.Al-Anfal [8]: 45-47. Bahwa setiap orang beriman sedang menghadapi ujian (musuh-musuh iman) yang mahaberat. Dan merupakan kemenangan orang-orang yang beriman, manakala menghadapi musuh yang berat. Musuh itu bisa berupa, hawa nafsu yang ingin bebas, godaan perempuan-perempuan cantik, lingkungan yang tidak mendukung dan seterusnya. Begitulah penuturan Kang Abik di bagian Prolog.

Cerita dengan setting Kota Moskwa, Rusia ini menjadi lingkungan ujian iman bagi Ayyas, mahasiswa Indonesia yang sedang melakukan visiting fellow ke MGU, sebuah Universitas di Rusia. Kepentingannya untuk melakukan riset dan study tentang Sejarah Islam di Rusia Modern membuatnya harus melewati banyak cerita dan ujian di Kota Moskwa ini. Terpaksa tinggal satu apartemen dengan dua orang wanita cantik bernama Yelena yang tidak mempercayai Tuhan dan Linor yang beragama Yahudi. Ujian iman Ayyas tidak hanya menghadapi dua orang wanita cantik di apartemennya, tapi juga dengan dosen pengganti yang membimbingnya selama di MGU bernama Doktor Annastasia. Wanita berparas cantik yang cerdas, siapapun laki-laki pasti kagum dengan wanita pintar yang satu ini.

Membaca novel ini, pengetahuan saya makin bertambah, banyak informasi-informasi yang masuk dalam pikiran saya. Bertambah tentang bagaimana zaman komunis pada masa Lenin yang kejam, tentang banyak ilmuwan barat yang memeluk Islam justru saat semakin mengetahui kecanggihan ilmu pengetahuan, tentang macam-macam atheis yang langsung dibantah jelas-jelas secara gamblang oleh Ayyas yang diceritakan saat menjadi pembicara tamu cendekiawan muslim pada seminar Ketuhanan di MGU.

Lebih dari itu, banyak yang saya dapatkan dari membaca novel ini. Lebih dari sekedar liku-liku dan konflik yang dihadapi Ayyas. Saya menemukan bahwa betapa beruntungnya saya berada di lingkungan seperti saya sekarang ini. Dengan leluasa beribadah kepada-Nya. Negara dengan penduduk islam terbesar di dunia. Kebebasan dan toleransi beragama yang dijunjung tinggi di lingkungan sekitar. Tidak ada larangan beribadah seperti yang saya coba bayangkan saat jika berada pada zaman komunis zaman Lenin di Rusia. Atau saat sekarang ini di Palestina dan jalur Gaza, saudara-saudara kita sesama muslim harus berhati-hati untuk beribadah di Tanah mereka sendiri karena peperangan yang tak kunjung usai dengan israel. Ya Allah, saya menangis dan ngeri saat membaca bagian dimana Madame Ekaterina, mama tiri Linor yang menceritakan kejadian bagaimana mama kandung Linor, seorang dokter wanita muslim berhati malaikat tewas secara mengenaskan di tangan para tentara intelejen Israel.

Ya Allah lindungilah saudara kami sesama muslim di Palestina, Libanon, Syiria dan semua negara Muslim. Berikanlah kemerdekaan dalam beribadah kepada-Mu, ya Allah. Aamiin.

Cerita dan penalaran konflik yang indah, seperti novel-novel kang Abik. Ingin rasanya bertemu dengan beliau kemudian berguru langsung dan praktek menulis, mempelajari bagaimana beliau bisa mengembangkan ide dan konflik dengan begitu runtut.

Karena sejatinya, tulisan kita bisa menjadi media dakwah. Maka, tulislah yang baik agar kamu mendapatkan yang baik. Semoga Allah selalu membimbing kita menuju jalan-Nya, selalu memberikan hidayah-Nya kepada kita. Mengumpulkan kita hamba-Nya dalam golongan orang-orang yang saling mencintai karena-Nya di akhir dunia nanti. Aamiin Allahumma Aamiin.

Patungan Dana Sosial

You can only change the world with action and not just speak a lot without action..

Masih seputar kegiatan saya bersama dengan teman-teman lainnya selama hampir satu tahun di sebuah Organisasi Sosial kepemudaan bernama YAFI (Youth's Act for Indonesia). Dimulai sejak bulan Desember 2012-Maret 2012 YAFI Batch 1 secara rutin selama sebulan dua kali mengajar secara sukarela di SDI Tambora dan berkat bantuan dan dukungan para donatur dan volunteer, akhirnya YAFI bisa membangun perpustakaan dan mengumpulkan ratusan buku-buku SD untuk SDI Tambora, Jakarta Barat.

Kenapa perpustakaan untuk SDI Tambora?

Karena SDI Tambora sudah berdiri sejak 1950 tapi belum memiliki perpustakaan sama sekali. Berkat dukungan dan donasi dari para donatur dan volunteer YAFI, Alhamdulillah SDI Tambora akhirnya memiliki perpustakaan resmi pada Maret 2012.
Terima kasih kepada para donatur…
Setelah visi di SDI Tambora dirasa YAFI sudah cukup, Organisasi Sosial YAFI (Youth’s Act for Indonesia) Batch 2 saat ini mulai berbakti kembali untuk dua sekolah swasta yang kondisi dan sebagian besar adik-adiknya membutuhkan perhatian dan bantuan. Kali ini YAFI mengadakan kegiatan sosial di dua SD Swasta di Jakarta yang kondisi dan sebagian besar adik-adiknya membutuhkan perhatian dan bantuan. Kegiatan ini akan dilaksanakan hingga Desember 2012 di SD:

1. SDS NURANI INSANI, Jl Petamburan 3 rt 004/04 no 4.  Jakarta Pusat.
2. MI I’Anatul Falah, Jl.Cikoko barat I Gg II RT08/04. Jakarta Selatan 12770.  



“Anda bisa berbagi kebahagiaan dan membuat mereka tersenyum dengan menyisihkan bantuan dan donasi Anda”
Bagaimana Caranya?

Bersama-sama dengan YAFI melaksanakan program “Patungan Dana”

1. Anda bisa menyumbang donasi untuk pembelian Paket (Susu kotak, sikat gigi, Goody Bag, Alat tulis, Buku tulis dan Coklat) sebesar Rp.50.000,- untuk 1 orang adik binaan YAFI.

2. Anda bisa menyumbang donasi berapapun (tidak ada minimal) yang nantinya akan kami kumpulkan untuk kemudian digunakan untuk diberikan paket kepada adik-adik binaan YAFI dan sarana pendukung kegiatan untuk dua sekolah tersebut.

“Donasi yang Anda berikan akan sangat bermanfaat bagi adik-adik kita yang membutuhkan di dua SD tersebut”

Bantuan berupa dana dapat dikirimkan melalui:
Rekening Bank BCA 7630323244 a/n Benardi Okta
Rekening Bank Mandiri 168-00-0025789-7 a/n Benardi Okta

Setelah mengirimkan donasi, para donatur bisa melakukan konfirmasi pengiriman dana melalui email:
yafi.indonesia@yahoo.co.id dengan subject “Donasi”.
Atau sms ke:
0878-781-180-70 (Benardi) 

“Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi, 614)
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Memberi, Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang mulia, Ia membenci akhlak yang buruk.” (HR. Al Baihaqi, di shahihkan Al Albani dalam Shahihul Jami’, 1744)

Yuk, berbagi senyum dan kebahagiaan untuk adik-adik kita bersama YAFI.


More info about YAFI, you can send an email to yafi.indonesia@yahoo.co.id 
or just follow @YAFIndo

Citra Pertiwi
Head of Public Relation YAFI (Youth's Act for Indonesia)
citrapertiwi70@gmail.com
@citraptiwi

Selembar Naskah (Skrip-is-so-Sweet)

Selamat bermalam minggu.!

Saya masih berkutat dengan diktat dan jurnal-jurnal pendukung referensi skripsi saya. Saya sadar, sudah terlalu lama rasanya saya berkhianat pada skripsi dan menduakannya diantara kecintaan saya pada hal dan kegiatan lain yang lebih meningkatkan kapasitas diri dan hobi saya.

Saya masih menyeruput secangkir coklat hangat di Sabtu malam yang cukup dingin ini. Berkali-kali sms berbunyi dari ponsel saya.

Dua agenda penting untuk dihadiri besok. Oke, saya bersama hati saya tidak bergeming saat mendapat undangan dan pemberitahuan dua agenda itu, agenda yang memang rutin saya hadiri. Namun, rasanya skripsi telah merasuk dalam relung-relung hati. Telah menggerogoti dan menampar pipi saya untuk tidak lagi sedikitpun berpaling darinya. Saya manut. Oke, skripsi kali ini kamu yang menang. Saya menurut apa katamu.

Lihat saja, kamu akan saya bereskan sebelum Senin tiba. Dua hari di weekend ini akan saya habiskan untuk membabatmu. Biar tahu rasa.! :)

"Ka, kapan mau ngeprint lagi skripsinya buat revisi?" tanya papa di sore ini.

"Insya Allah besok ya, Pa. Minggu, dari bab 1 sampai kesimpulan"

Papa tersenyum, mama manggut-manggut. Kami bertiga kemudian melanjutkan makan malam bersama di Sabtu malam ini. Tetap ditemani secangkir coklat hangat di sampingku dan kopi susu di gelas mama dan papa.

Alhamdulillah, bahagianya..

Hujan dan Hari Jum'at

Alhamdulillah..

Allahumma Shoyyiban naafi'aa..

(Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang bermanfaat)..

Aku masih didepan laptop, berkutat mengetik dan membaca diktat-diktat yang merujuk untuk referensi skripsiku. Hujan deras turun, sangat deras seakan terjadi kebocoran di awan yang sudah lama menampung air hujan yang membludak. Deras sekali, puas rasanya menikmati turunnya hujan di Jum'at siang ini. Iya, dan hari ini hari Jum'at. Hari kemenangan dan ibadah bagi kaum muslim. Karena didalamnya, umat muslim pria diwajibkan melaksanakan shalat Jum'at. Hari istimewa yang dipilih untuk lebih beribadah kepada Allah. Hari dimana banyak sekali amalan yang sayang untuk begitu saja dilewatkan, salah satunya membaca surat Al-Kahfi walau hanya 10 ayat.

Sudah. Berikan aku selembar kertas, atau dengan laptopku yang masih menyala. Tidak sabar rasanya untuk segera menulis. Di tengah hujan lebat yang masih turun dengan asyiknya diluar sana. Penikmat hujan, penyuka Jum'at. Dua waktu mustajab bertemu di siang ini. Sontak, hatiku dengan tidak sabarnya langsung buru-buru berdoa dan meminta kepada-Nya.

Alhamdulillah..

Ibnu Qudamah dalam Al Mughni mengatakan, ”Dianjurkan untuk berdo’a ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

 Ø§ُØ·ْÙ„ُبُوا اسْتِجَابَØ©َ الدُّعَاءِ عِÙ†ْدَ Ø«َÙ„َاثٍ : عِÙ†ْدَ الْتِÙ‚َاءِ الْجُÙŠُوشِ ، ÙˆَØ¥ِÙ‚َامَØ©ِ الصَّÙ„َاةِ ، ÙˆَÙ†ُزُولِ الْغَÙŠْØ«ِ

"Carilah do’a yang mustajab pada tiga keadaan : [1] Bertemunya dua pasukan, [2] Menjelang shalat dilaksanakan, dan [3] Saat hujan turun."


Begitu juga terdapat hadits dari Sahl bin Sa’d, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
Ø«ِÙ†ْتَانِ Ù…َا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِÙ†ْدَ النِّدَاءِ Ùˆَ تَØ­ْتَ المَØ·َرِ

Dua do’a yang tidak akan ditolak: [1] do’a ketika adzan dan [2] do’a ketika ketika turunnya hujan.

Semoga kita masih dipertemukan dengan hujan, dan hari Jum'at berikutnya. Sampai dimana kita cukup memiliki ladang pahala dan amal sebagai bekal saat kita menghadap-Nya nanti. Seiring dengan hidayah dan kasih sayang yang selalu diberikan-Nya kepada kita.

Aamiin.

Hujan dan Ba'da Ashar


Hujan. Rintik-rintik, sedikit-sedikit lalu turun semakin banyak memanggil teman-temannya, tapi tidak deras. Sejuk, yang ada dipikiranku saat itu. Aku suka hujan turun. Tanda waktu yang Tuhan berikan berupa salah satu waktu mustajab untuk berdoa. Hatiku terus meminta tanpa diperintah, selalu setiap hujan turun. Hatiku memang selalu siap siaga. Selalu mengambil kesempatan untuk buru-buru berdoa saat bertemu dengan waktu-waktu mustajab. Berlomba dengan waktu juga yang akan segera melenyapkan waktu tersebut. Ah, begitulah. Hatiku..

Aku terus membuka lembar demi lembar novel karya Habiburrahman El Shirazy berjudul Bumi Cinta. Bukan novel keluaran terbaru, akupun sudah memiliki novel ini sejak lama. Tapi hasrat kuatku untuk membacanya baru akhir-akhir ini. Aku terus membuka lembar demi lembar. Seperti biasa, aku selalu terhanyut setiap membaca karya kang Abik. Mencoba mendalami karakter Ayyas, pria muda taat agama yang harus menjaga kuat-kuat imannya di Rusia. Bersama gadis-gadis Rusia yang tak pernah percaya Tuhan. Aku belum selesai membacanya. Kiranya hanya itulah yang bisa kugambarkan saat ini tentang novel Bumi Cinta. Mungkin banyak dari teman-teman sudah membacanya, bukan? :)

Hujan masih turun. Rintik-rintik. Tidak deras tapi lumayan jika tidak mengenakan payung. Apalagi aku dan beberapa teman kostanku akan berangkat belajar tahsin. Sangat tidak lucu jika kami mengenakan pakaian basah kuyup.

Tepat ba’da Ashar, setelah kami shalat Ashar. Kami segera bergegas untuk menuju masjid tempat kami akan belajar Tahsin. Masih hujan, rintik-rintik. Aku senang, dalam hati aku terus berdoa. Mengucap syukur, Engkau membiarkan hujan turun di saat yang tepat. Alhamdulillah.

Allahumma shoyyiban naafi’a...

Aku jadi menerka-nerka semua kegiatanku selama ini. Mengingat-ingat lagi skripsiku. Ah, lagi-lagi skripsi yang tak habis-habisnya aku bahas di tiap tulisanku. Dan sekarang aku menuju ke masjid untuk belajar tahsin, keinginanku dari dulu untuk memperbaiki makraj bacaan Al-Qur’an ku.

Hatiku seperti diketuk. Keinginan yang begitu kuat untuk lebih dalam mempelajari agamaMu. Keinginan dari dulu untuk bisa lebih lancar dan indah membaca ayat-ayatMu. Aku iri pada teman-temanku, teman seperjuanganku yang mengambil jurusan Dirasat Islamiyah. Iri saat mendengar mereka menghafal Qur’an dan mengaji dengan begitu indah. Berhari-hari mereka habiskan untuk mengaji dan menghafal Qur’an.
Mentadaburi firman-firmanMu. Betapa pasti Engkau sangat menyayangi mereka yang dengan rajin dan tidak pernah alfa setiap saat selalu mendendangkan ayat-ayatMu. Maka selalu senang saat aku bersama temanku, muslimah yang satu itu. Dia selalu merujuk pada satu ayat saat kita berdiskusi. Aku belajar banyak darinya. Bukan hanya darinya, Engkau seperti mempertontonkanku dengan orang-orang yang selalu mendekat kepadaMu.

Kemana saja aku selama ini, terlalu sibuk dengan urusan duniawi?

Ada hikmah..

Tiba-tiba, lagi-lagi aku mengingat skripsiku yang belum tuntas. Kelas tahsin baru saja dimulai, tahun ajaran baru bagi Rumah Tahfidz Masjid Fatullah, tempatku belajar mengaji dengan para mahasiswa/i yang lain saat ini. Mungkinkah ini hikmah yang telah Engkau tetapkan. Engkau masih memberiku kesempatan waktu untuk belajar memperbaiki bacaanku. Engkau masih memberiku kesempatan waktu untuk mentadaburi ayat-ayatMu. Mungkin jika aku sudah menuntaskan skripsiku, aku tidak akan bisa belajar tahsin dan mengaji di Masjid Raya Fatullah yang letaknya di dekat kampusku ini. Prioritasku akan sudah berbeda, aku tidak punya waktu lagi untuk berada di ciputat karena kesibukanku mengurus ini itu di Bogor usai menuntaskan skripsiku. Aku ambil hikmah atas semua ketentuanMu.

Aku bersyukur ya Allah...

Hidayah itu mahal, Jagalah hidayah dan kesempatan untuk semakin mendekat kepadaNya saat engkau mendapatkannya...

Allah sebaik-baiknya penjamin masa depan..

Jagalah hamba selalu dari hal-hal yang dapat menjauhkan hamba dariMu ya Allah...

Istiqamahkan hamba disemua jalan yang Engkau ridhai ya Allah...




21 Tahun (part 1)

Tepat Rabu, 25 April 2012 lalu usia saya telah resmi berumur 21 tahun. Sudah berbulan-bulan berlalu, tapi hari ini saya ingin menuliskan lagi ceritanya. Mencapai usia 21 tahun di penghujung semester masa studi saya di UIN Jakarta jurusan Kimia. Sedang berjuang menuntaskan skripsi yang tidak pernah saya suka di penghujung semester ini. Ah. Lagi-lagi skripsi.

Ulang tahun ke-21 tahun. Mama, Papa, adik-adik, sahabat, seperti biasa. Setiap tahun tak pernah lupa mengucapkan selamat ulang tahun dan hadiah kecilnya untuk saya. Mama, dan Papa. Terima kasih untuk semua kejutan dan orang-orang terkasih yang telah memberikan surprise partynya untuk saya. Kepada Mbak Ida dan teman-teman di LSM Indonesia Berseru yang dengan khusus menyiapkan kue dan memberikan pesta kecil-kecilan di kantor IB. Terima kasih. Bahagianya saya, kekeluargaan.

21 Tahun saya hidup, titik balik kehidupan yang saya alami harusnya membuat saya semakin dewasa. Pengalaman, kegiatan, hobi yang terus terasah, teman-teman dengan berbagai karakter. Terjun dalam berbagai kegiatan yang berbeda.

Berhasil mengenyam banyak ilmu secara gratis dari berbagai kegiatan dan training luar kampus serta bertemu dengan anak-anak muda hebat berprestasi yang selalu semangat melakukan perubahan untuk lingkungan sekitar. Diberi kesempatan Tuhan untuk mengasah hobi lama saya di bidang liputan dan jurnalistik di berbagai media dan sekarang di satu LSM besar secara mudah juga, seperti sudah jalannya dan tanpa hambatan, dipermudah. Alhamdulillah. Terima kasih ya Allah. Pengalaman bertambah. Banyak kesempatan untuk mencoba hal-hal dan orang-orang baru yang Tuhan hadirkan untuk saya selama 21 tahun hidup saya. Menjadi titik balik kehidupan, menjadi lebih baik. Insya Allah, Aamiin.

Semuanya tidak lepas dari rangkaian mimpi-mimpi saya yang satu persatu mulai bisa saya coret. Tidak banyak yang saya tuliskan di buku mimpi. Lebih banyak terbersit di pikiran secara spontan. Selalu, dan secara ajaib dengan kehendakNya, satu persatu keinginan saya terwujud. Sekarang masih berjuang untuk mewujudkan mimpi-mimpi saya yang masih terisa. Tidak, mimpi saya tidak akan pernah habis. Saya akan terus bermimpi sampai saya tidak bisa lagi bermimpi.

Memasak. Ya, memasak. Mimpi paling sederhana yang sempat terbersit di pikiran saya saat melihat tidak sedikit teman saya laki-laki yang pandai memasak dan lezat. Bahkan adik saya yang lelaki bisa memasak nasi goreng, ayam goreng lengkap dengan bumbunya, sambal goreng. What?

Saya harus bisa masak.!

Impian tidak sesederhana masak. Saya punya (seratus juta) mimpi dan atas ijin Allah, Insya Allah saya mampu mewujudkannya.

Penulis, dan dunia tulis menulis, mimpi puncak karir. Best seller, buku yang ingin saya hasilkan. Bukan ketenaran. Hanya ingin menyumbang kontribusi karya bagi bangsa saja. Itu aja. Lebih dari itu, ingin melihat mama papa tersenyum. Anaknya sudah menghasilkan karya. Sesederhana itulah.

Masih ada sekian puluh ribu mimpi yang berkecamuk di kepala. Tidak usah saya tuliskan disini. Cukup di buku mimpi saya dan paling banyak yang belum saya rapihkan yang letaknya di hati. Tinggal tunggu eksekusi.

Tuhan bersama hamba-hambaNya yang yakin padaNya. Maka, atas semua perjuangan dan doa kami, kabulkan semua mimpi kami ya Allah. Aamiin.

"Ka, kapan merried?" tiba-tiba Papa bertanya.

Kaget, tidak biasanya papa bertanya seperti itu pada saya. Ah, papa ada-ada saja, dalam hati.

"Oh, tingkatin kualitas diri kakak dulu aja Pa, Allah yang memilihkan nanti sesuai kualitas diri, masih asik sama dunia mimpi kakak, Pa"

Hening, Papa hanya tertawa. Mungkin hanya mengetes anaknya ini karena tidak pernah sedikitpun membahas tentang pernikahan. Hal yang absurb.


@citraptiwi

Selamat Bergabung Para Jurnalis Kemanusiaan ACT

Minggu (23/09) bertempat di Kantor ACT (Aksi Cepat Tanggap), Ciputat Tangerang Selatan, para Alumni angkatan pertama Training Jurnalistik Kemanusiaan kembali dipertemukan di acara refreshment training yang kembali dibawakan oleh Bpk. Iqbal Setyarso selaku pembina MPS (Mahasiswa Peduli Somalia) dan merangkap sebagai direktur GPM (Global Philantrophy Media) yang juga sebagai pemateri utama saat Training Jurnalistik pada 26 Agustus lalu di UIN Jakarta.

Ada sekitar 20 orang yang hadir dari sekitar 80 orang peserta alumni angkatan pertama ini. Saya melihat seleksi alam terjadi lagi. Lama kelamaan kita bisa melihat siapa yang bisa bertahan dan fokus 'digembleng' menjadi Jurnalis Kemanusiaan ini.

Saya rasa, sangat sayang melewatkan kesempatan ini. Kesempatan yang tidak semua orang mendapatkannya. Magang dan bekerja sebagai Jurnalis ACT untuk mengabarkan isu-isu kemanusiaan dan program-program sosial kepada masyarakat. Dibimbing langsung oleh para wartawan senior di ACT. Bekerja sembari beramal. Karena kecintaan saya pada dunia tulis menulis, tentu saya tidak melewatkan kesempatan ini.

Refreshment training ini dimulai sejak pkl.09.00 dan dibuka dengan pemutaran video Kaum Muslim Rohingnya di Myanmar yang berhasil diselamatkan oleh tim ACT. Miris, pilu saat melihat video itu. Bagaimana saudara-saudara kita disana dengan 'paksa' diusir dan dibuang di negeri mereka sendiri. Tim ACT dengan segala kelihaian dan taktik akhirnya berhasil menyusup ke daerah tempat muslim rohingnya berada. Mereka menyamar sebagai turis dan berhasil memberikan sumbangan dan bantuan tanpa terhambat masalah birokrasi seperti para relawan kemanusiaan lainnya.




Acara dilanjutkan dengan pemberian materi yang lebih dalam tentang perbedaan berita dan feature. Nah, khusus materi ini, Insya Allah akan saya sharing di lain kesempatan. Karena butuh waktu untuk membahasnya secara detail.:)

Sharing-sharing kemudian dilanjutkan oleh Bpk.Iqbal dengan para peserta, Tiba-tiba nama saya dipanggil pertama kali untuk menyebutkan apa ekspektasi saya dengan bergabung di ACT ini sebagai Jurnalistik.

"Dengan bergabung menjadi Jurnalis ACT, pengalaman seputar pembuatan berita-berita kemanusiaan akan semakin terasah dalam diri saya. Kecakapan dalam membuat berita juga termasuk dalam ekspektasi yang diharapkan saya dan juga semua peserta training ini, lebih dari itu, Rasa untuk berbagi dan menyebarkan informasi adalah yang paling utama yang harus dimiliki seorang Jurnalis Kemanusiaan".

Antara senang, bangga dan agak canggung ternyata Bpk. Iqbal mengetahui dan sudah mengenal Blog saya ini. Jujur saya cukup tersanjung saat Blog saya disebut di dalam ruang rapat oleh Pak Iqbal diantara semua peserta yang memperhatikan. Ada rasa lega saat karya dan tulisan kita bisa dibaca orang lain, apalagi dibaca wartawan dan jurnalis senior seperti Bpk.Iqbal.

"Diperbanyak lagi tulisan-tulisan di Blognya tentang Berita-berita kemanusiaan ya Citra" ujar Pak Iqbal.

Wah, Gotcha.!

Iya, dalam hati tentu pak, saya akan terus aktif menulis, meliput dan mengikatnya menjadi sebuah cerita. Menulis dan melaporkan kegiatan serta informasi adalah pekerjaan hati saya.

Maka, kesempatan menjadi salah satu Jurnalis di ACT Insya Allah tidak akan saya sia-siakan. Dibimbing langsung oleh para wartawan dan jurnalis senior di ACT yang telah berkecimpung di dunia jurnalisme kemanusiaan secara gratis. Terjun langsung membuat berita-berita sosial dan kemanusiaan. Wow, betapa itu sangat mahal jika langsung kita sia-siakan hanya karena alasan sibuk dan tidak punya waktu. Ilmu itu mahal jika kita bermalas-malasan. Mudah jika kita rajin..;)


So, selamat datang. Selamat bergabung bersama ACT (Aksi Cepat Tanggap) sebagai Jurnalis Kemanusiaan. Misi ini adalah jalan dakwah. Insya Allah, semoga ini menjadi salah satu ladang amal bagi kami. Aamiin.

@citraptiwi

Titik Balik


Aku ucapkan selamat datang kepada kenangan yang tak pernah pergi. Kenapa?

Agak sastra aku bilang. Akhir-akhir ini aku sangat terbuai dengan sastra. Rangkaian kata-katanya. Pilihan kata dan typologinya, juga orang-orangnya. Puitis, menurutku. Mereka bisa dengan apik merangkai kata dan memilihnya menjadi sebuah wacana yang tidak pernah bosan aku baca.

Nampaknya, aku kembali menemukan titik balik kehidupanku. Jiwaku. Sastra, naskah, dan bahasa. Semua dengan tulisan. Dimulai dari hobi menulisku yang memang hinggap di hari-hariku sejak aku duduk di bangku Sekolah Dasar. Hanya berbekal buku tulis kosong dan bolpoint yang selalu menemani di tiap waktu senggangku di rumah. Menceritakan semua kejadia-kejadian sepele yang aku alami di sekolah, rumah. Tentang perasaan anak muda, kekecewaan, kegembiraan, kesejahteraan, apapun itu. Cerpen, cerbung, teenlit, bahkan novel yang tidak pernah jadi selalu aku coba tulis dan tulis. Ya, kecintaanku pada dunia tulis menulis memang tidak sejalan dengan jurusanku saat ini.

Tapi, beruntung. Betapa beruntungnya aku. Tuhan menyayangiku. Ia tidak membiarkan hobiku berlalu begitu saja ditelan angin dan arogansi kehidupan. Aku masih aktif menulis, apapun. Kerap menjadi kontributor media online dan cetak. Masih berkeinginan untuk mengambil bidang sastra Indonesia saat S2 nanti. Terlebih keinginanku yang menggebu saat seringnya aku mengunjungi Universitas Indonesia. Terbersit dalam hatiku, suatu saat aku akan menjadi mahasiswi UI, walau aku mengucapkannya saat dengan sadar aku menjadi mahasiswi UIN Jakarta. Tidak apa-apa kan, Bukankah itu yang dinamakan mimpi?

Masih ada kesempatan S2, Sastra dan jurnalistik yang menjadi minatku. Jika tidak pun, aku tetap senang hobiku tidak berlalu dan terkubur begitu saja. Keinginan mama dan papa yang menginginkan anaknya menjadi manusia dengan profesi 'nyata' di masyarakat memang menjadi cikal bakal awalnya aku mengambil jurusan kimia.

Aku sama sekali tak keberatan, kebetulan juga karena aku menyenangi kimia. Setidaknya diantara semua pelajaran IPA. Kimia yang paling memungkinkan ada dikepalaku saat itu. Lama aku mengubur hobi lamaku. Masih terngiang saat aku mengingat hobi menulisku saat semester-semester awal studiku. Tapi, itu tak lama, aku kembali berkutat dengan sibuknya organisasi dan pelajaran yang membuatku bahkan tak sempat membuat cerita. Hanya tersisa membaca dari pasangan erat menulis saat itu. Aku masih membaca, tapi jarang menulis waktu itu.

Titik balik terjadi begitu kuat di semester akhirku ini. Keinginan untuk terjun ke dunia tulis-menulis kembali hadir. Aku bangkit lagi dengan hobi lamaku. Aku dan tulisan-tulisanku. Aku yang sempat tenggelam dengan 'kefanaan' juruan yang (mungkin) tak terlalu aku minati. Hanya sedikit saja mungkin minatku disini. Saat ini. Tapi aku tidak menyesal. Tidak, aku sama sekali tidak menyesal. Skenario Tuhan itu sungguh Indah. Aku bersyukur dengan kehidupanku saat ini.

Juga dengan kembalinya jiwaku yang tumbuh lagi dengan tulisan, sastra dan bahasa. Apapun itu. Aku kembali..

Kembali dengan cita-citaku yang dulu.
Sampai aku memang selalu kebingungan saat menjawab pertanyaan papa.
"Nanti mau kerja di bidang apa ka?"

Aku sempat bingung dengan papa, anaknya ini mengambil jurusan kimia. Kenapa masih sempat bertanya hal itu. Bukan tanpa alasan, papa yang selalu melihat kegiatan dan aktivitasku yang lebih banyak menulis dan berkutat dengan komunikasi dan jurnalistik mungkin membuat papa ingin menegaskan ingin jadi apa aku nanti?

"Aku ingin tumbuh dan hidup bersama tulisan, sastra dan jurnalistik, Pa" ucapku dalam hati.