Hujan dan Ba'da Ashar


Hujan. Rintik-rintik, sedikit-sedikit lalu turun semakin banyak memanggil teman-temannya, tapi tidak deras. Sejuk, yang ada dipikiranku saat itu. Aku suka hujan turun. Tanda waktu yang Tuhan berikan berupa salah satu waktu mustajab untuk berdoa. Hatiku terus meminta tanpa diperintah, selalu setiap hujan turun. Hatiku memang selalu siap siaga. Selalu mengambil kesempatan untuk buru-buru berdoa saat bertemu dengan waktu-waktu mustajab. Berlomba dengan waktu juga yang akan segera melenyapkan waktu tersebut. Ah, begitulah. Hatiku..

Aku terus membuka lembar demi lembar novel karya Habiburrahman El Shirazy berjudul Bumi Cinta. Bukan novel keluaran terbaru, akupun sudah memiliki novel ini sejak lama. Tapi hasrat kuatku untuk membacanya baru akhir-akhir ini. Aku terus membuka lembar demi lembar. Seperti biasa, aku selalu terhanyut setiap membaca karya kang Abik. Mencoba mendalami karakter Ayyas, pria muda taat agama yang harus menjaga kuat-kuat imannya di Rusia. Bersama gadis-gadis Rusia yang tak pernah percaya Tuhan. Aku belum selesai membacanya. Kiranya hanya itulah yang bisa kugambarkan saat ini tentang novel Bumi Cinta. Mungkin banyak dari teman-teman sudah membacanya, bukan? :)

Hujan masih turun. Rintik-rintik. Tidak deras tapi lumayan jika tidak mengenakan payung. Apalagi aku dan beberapa teman kostanku akan berangkat belajar tahsin. Sangat tidak lucu jika kami mengenakan pakaian basah kuyup.

Tepat ba’da Ashar, setelah kami shalat Ashar. Kami segera bergegas untuk menuju masjid tempat kami akan belajar Tahsin. Masih hujan, rintik-rintik. Aku senang, dalam hati aku terus berdoa. Mengucap syukur, Engkau membiarkan hujan turun di saat yang tepat. Alhamdulillah.

Allahumma shoyyiban naafi’a...

Aku jadi menerka-nerka semua kegiatanku selama ini. Mengingat-ingat lagi skripsiku. Ah, lagi-lagi skripsi yang tak habis-habisnya aku bahas di tiap tulisanku. Dan sekarang aku menuju ke masjid untuk belajar tahsin, keinginanku dari dulu untuk memperbaiki makraj bacaan Al-Qur’an ku.

Hatiku seperti diketuk. Keinginan yang begitu kuat untuk lebih dalam mempelajari agamaMu. Keinginan dari dulu untuk bisa lebih lancar dan indah membaca ayat-ayatMu. Aku iri pada teman-temanku, teman seperjuanganku yang mengambil jurusan Dirasat Islamiyah. Iri saat mendengar mereka menghafal Qur’an dan mengaji dengan begitu indah. Berhari-hari mereka habiskan untuk mengaji dan menghafal Qur’an.
Mentadaburi firman-firmanMu. Betapa pasti Engkau sangat menyayangi mereka yang dengan rajin dan tidak pernah alfa setiap saat selalu mendendangkan ayat-ayatMu. Maka selalu senang saat aku bersama temanku, muslimah yang satu itu. Dia selalu merujuk pada satu ayat saat kita berdiskusi. Aku belajar banyak darinya. Bukan hanya darinya, Engkau seperti mempertontonkanku dengan orang-orang yang selalu mendekat kepadaMu.

Kemana saja aku selama ini, terlalu sibuk dengan urusan duniawi?

Ada hikmah..

Tiba-tiba, lagi-lagi aku mengingat skripsiku yang belum tuntas. Kelas tahsin baru saja dimulai, tahun ajaran baru bagi Rumah Tahfidz Masjid Fatullah, tempatku belajar mengaji dengan para mahasiswa/i yang lain saat ini. Mungkinkah ini hikmah yang telah Engkau tetapkan. Engkau masih memberiku kesempatan waktu untuk belajar memperbaiki bacaanku. Engkau masih memberiku kesempatan waktu untuk mentadaburi ayat-ayatMu. Mungkin jika aku sudah menuntaskan skripsiku, aku tidak akan bisa belajar tahsin dan mengaji di Masjid Raya Fatullah yang letaknya di dekat kampusku ini. Prioritasku akan sudah berbeda, aku tidak punya waktu lagi untuk berada di ciputat karena kesibukanku mengurus ini itu di Bogor usai menuntaskan skripsiku. Aku ambil hikmah atas semua ketentuanMu.

Aku bersyukur ya Allah...

Hidayah itu mahal, Jagalah hidayah dan kesempatan untuk semakin mendekat kepadaNya saat engkau mendapatkannya...

Allah sebaik-baiknya penjamin masa depan..

Jagalah hamba selalu dari hal-hal yang dapat menjauhkan hamba dariMu ya Allah...

Istiqamahkan hamba disemua jalan yang Engkau ridhai ya Allah...




0 comments:

Post a Comment